Mengajar dengan Semangat Bajak Laut (Teach Like a Pirate)

Share

Dunia bajak laut sangatlah menarik. Dunia ini penuh dengan petualangan, hal-hal yang tidak terduga, dan sihir. Sebagai pendidik, mungkin kita tidak menduga bahwa dunia bajak laut bisa menjadi inspirasi yang sangat baik di bidang pendidikan, khususnya dalam kegiatan belajar mengajar. Dunia bajak laut yang terkesan dengan ketidakteraturan, dipenuhi perbuatan tercela seperti mencuri dan kebrutalan, ternyata dapat diramu menjadi metode belajar menarik untuk mencapai pendidikan yang diharapkan.

Menjadi guru di jaman sekarang sangat membutuhkan semangat bajak laut. Mengapa demikian? Bajak laut adalah kelompok orang-orang yang “bebas” dan tidak mengikat dirinya dengan hukum yang berlaku di suatu tempat. Berani, berjiwa petualang, senang menjejakkan kaki ke wilayah tak dikenal walau tanpa jaminan keberhasilan. Mereka penuh dengan kreativitas dan kemandirian. Mereka adalah orang-orang pengambil risiko, tetapi selalu menghargai sesama awak kapal yang beragam latar belakangnya.

Mengapa di jaman kita sekarang ini membutuhkan banyak guru dengan semangat PIRATE (bajak laut)? Ada dua hal yang menjadi penyebabnya, yaitu:

  1. Menghadapi ombak yang besar, masa-masa penuh tantangan. Dunia sekarang berbeda dengan dunia 10 tahun lalu, di mana pekerjaan yang dianggap paling menantang adalah mereka yang bekerja di bidang ekonomi, mengelola bisnis dan lainnya. Namun jika kita lihat dalam 3 tahun terakhir ini, tantangan guru sangatlah besar. Salah satu profesi dengan tingkat adaptif tertinggi menghadapi “dunia jaman now” di masa pandemi adalah guru. Guru adalah orang pertama yang terguncang karena kegiatan sekolah harus berhenti secara mendadak. Guru harus pulih lebih cepat, mengubah strategi mengajar yang sesuai dengan situasi dengan memanfaatkan teknologi digital, dan mengubah pendekatan terhadap siswa sehingga proses belajar tetap berjalan efektif.
  2. Changing Time: Saat ini para guru sedang mendidik generasi alpha yang mengalami perubahan sangat cepat. Tidak hanya perubahan teknologi, tetapi juga perubahan kesejahteraan mental anak-anak. Terdapat buku berjudul I Generation (internet generation) yang memberikan fakta-fakta objektif mengenai kenyataan bahwa anak-anak sekarang lebih rentan terkena isu mental health. Dengan fakta ini, guru perlu benar-benar ‘berlayar’ untuk menghadapi kerentanan tersebut.

Jadi, bagaimana cara mengajar seperti Bajak Laut? PIRATE di sini adalah akronim dari unsur-unsur penting:

P          : Passion (renjana, rasa hati yang kuat)

I           : Immersion (ketercemplungan)

R         : Rapport (hubungan baik)

A         : Ask & Analyze (bertanya dan menganalisis)

T          : Transformation (perubahan)

E          : Enthusiasm (semangat)

  1. PASSION

Passion bukan sesuatu yang sekali terberi, namun menetap seterusnya. Sama seperti cinta kepada manusia atau hal lain, passion dalam mengajar perlu dipelihara. Kecintaan pada dunia mengajar akan membuat guru tak kenal lelah melakukan pekerjaannya, tidak takut gagal, bahkan tidak peduli apa kata orang tentangnya. Guru tidak harus selalu “sangat cinta” pada segala sesuatu yang diajarkan. Namun, passion dapat menjadi motor penggerak untuk guru mampu mengejar hasil yang diinginkan.

Terdapat tiga jenis passion:

  1. Passion terhadap Materi Pengajaran. Dalam mengajar mata pelajaran yang diampu, tentu terdapat materi yang paling guru nikmati. Namun, tidak dipungkiri bahwa seorang guru harus tetap menyelesaikan materi yang kurang dinikmati. Bahkan, terkadang mereka harus mengisi kekosongan guru di bidang lain. Mau tidak mau, guru tersebut harus mengampu mata pelajaran yang bukan bidang yang disukai. Bagaimana mengatasi materi yang bukan passion kita? Di sinilah pentingnya memiliki kedua jenis passion yang lain.
  2. Passion terhadap Profesi Guru (Profesional). Passion ini masih dalam lingkup profesi, tetapi tidak terbatas pada materi ajar. Guru perlu menanyakan pada diri sendiri apa yang mendasari mereka untuk memilih profesi guru?  Jarang sekali orang menjadi guru karena menyukai materi ajar tertentu. Kebanyakan, alasan menjadi guru adalah karena passion profesional ini. Passion profesional inilah yang memberi “jiwa” atau “api” pada materi yang diajarkan.
  3. Passion Pribadi. Guru perlu menemukan passion lain yang bersifat pribadi. Misalnya, Anda adalah guru yang memiliki passion menyanyi, olahraga, bercocok tanam, memasak, menjahit, sulap, atau hal lainnya. Maka, untuk memelihara semangat passion mengajar, Anda perlu menemukan sebanyak mungkin cara memasukkan passion pribadi Anda ke dalam pekerjaan sebagai seorang guru.

2. IMMERSION

Guru perlu mendedikasikan diri sepenuhnya dengan “ada bersama” para siswa. Dengan begitu siswa bisa mengatakan “Saat ia mengajar kami, ia benar-benar tidak melakukan hal lain.” Murid bisa menyadari apakah seorang guru benar-benar hadir atau tidak. “Hadir sepenuhnya” ini yang menyebabkan guru tidak tergantikan oleh apa pun, bahkan teknologi.

3. RAPPORT

Hal yang paling menantang adalah memenangkan hati para siswa. Pertama dan terutama, siswa perlu dilibatkan dalam setiap aktivitas pembelajaran di kelas. Guru wajib memberikan giliran dan perhatian yang adil merata, tanpa sindiran/teguran/rasa kesal kepada siswa. Anak yang paling butuh perhatian biasanya adalah anak yang mencari guru dengan cara paling tidak menyenangkan. Untuk itulah, siswa perlu merasa disukai dan dihargai oleh gurunya. Cara terbaik membangun rapport adalah dengan menghubungkan apa yang kita ajarkan dengan apa yang menarik minat mereka. Bangun rapport (hubungan baik) yang bersifat dua arah:

  • Hubungan baik antara guru dengan siswa.
  • Hubungan baik antara para siswa sendiri, terutama masa pascapandemi di mana anak-anak mengalami “syok komunikasi”.
  • Beri target diri: Harus “kumenangkan” dia, “harus kuakrabkan mereka”.

4. ASK & ANALYZE

Guru perlu bertanya ke diri sendiri untuk mendapatkan jawaban yang bisa menghadirkan materi pembelajaran kreatif dan menarik kepada siswa. Ide kreatif tidak muncul tiba-tiba. “Tiba-tiba” yang dimaksud selama ini, di baliknya ada keterlibatan aktif dengan proses kreatif, ada kesengajaan mencari dan keaktifan bereksplorasi. Guru perlu menargetkan dengan jelas apa yang ingin dicapai, dan segera berusaha mencapainya. Guru harus berkomitmen, mulai bekerja, dan bersikap terbuka. Kemudian guru wajib mengenali di bagian mana mereka memerlukan bantuan, lalu cari bantuan tersebut. Sekali guru berpartisipasi penuh, akan terjadi “Law of Attraction” (Hukum Saling Menarik) yang dapat dilihat dari 3 poin berikut.

  • Kita fokus melihat apa yang mendukung dalam proses mempersiapkan materi
  • Saat komit untuk lebih kreatif, Kita akan menemukan dan bergabung pada group kecil yang se frekuensi dan mendukung
  • Saat guru sudah memulai hal yang kreatif, maka kita akan menyadari respon siswa berbeda karena persepsi kita saat ini juga sudah berbeda.

5. TRANSFORMATION

Bagi sebagian besar siswa, sekolah terkesan monoton, tidak menarik, dan membosankan. Sebuah kelas hanya punya dua kemungkinan peran, yaitu menjadi “obat penawar” atau menjadi salah satu faktor penyumbang kesan buruk tersebut.  Seth Godin, seorang pengusaha, penulis, dan pembicara publik asal Amerika Serikat menyebut sesuatu yang istimewa, yang layak diperbincangkan, layak diperhatikan, luar biasa, baru, dan menarik sebagai “Purple Cow” (Sapi Ungu). Sapi Ungu berbeda dari Sapi Coklat yang membosankan karena sudah terlalu biasa atau umum ditemukan. Para guru perlu menghadirkan kelas “Sapi Ungu”! Transformasi kelas bukan hanya tentang menjadi “berbeda” atau “unik”, tetapi juga mengenai efektivitas pembelajaran.

6. ENTHUSIASM

Antusiasme merupakan komitmen yang dimiliki guru untuk selalu bersemangat dalam mengajar. Apa pun pelajaran yang Anda ajarkan, misinya adalah mengajar dengan cara di mana kita sebagai manusia berdampak lebih kuat dan tahan lama dibanding apa yang Anda katakan (ajarkan). Ada dua cara untuk “menyalakan api” Anda, yaitu prinsip akting (ingatlah antusias dari seseorang yang Anda kagumi) dan ubah fokus ke arah yang membangun semangat lebih positif.

Temukan video pembahasan mengenai mengajar dengan semangat bajak laut (teach like a pirate, love like a parent) bersama Ibu Elice Chandra dengan “join member” YouTube Mentari Group melalui tautan https://www.youtube.com/@MentariGroup.

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *