Modern Parenting: Mendorong Anak Berkreasi Positif di Media Sosial

Share

Di era digital ini, anak-anak tumbuh dalam zaman di mana media sosial bukan lagi sekadar pilihan, melainkan bagian tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari mereka. Mayoritas waktu yang mereka habiskan di platform-platform ini didominasi oleh aktivitas pasif: menelusuri for you page (FYP), menonton video viral, atau mengonsumsi berbagai bentuk konten yang dibuat oleh orang lain. Namun, di balik konsumsi masif ini, ada pula potensi besar yang seringkali terlewatkan yaitu kesempatan untuk mengubah peran anak dari sekadar konsumen pasif menjadi kreator konten positif dan bermanfaat. Mendorong anak untuk berkreasi di media sosial bukanlah sekadar cara untuk mengisi waktu luang; ini adalah strategi esensial untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 yang krusial dan memupuk identitas digital yang sehat serta bertanggung jawab.

Anak Belajar dan Berkembang dengan Menjadi Kreator Konten

Fenomena media sosial, dengan segala platformnya seperti YouTube, TikTok, Instagram, dan lainnya, menawarkan arena luas bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan bakat mereka. Ketika anak diberi kesempatan dan bimbingan untuk aktif membuat konten—baik itu video tutorial singkat tentang cara membuat kerajinan tangan, rekaman cover lagu, vlog eksperimen sains sederhana, slide show informatif tentang fakta menarik sejarah, atau bahkan podcast cerita pendek—mereka tidak hanya melatih kreativitas dalam menemukan ide-ide baru, tetapi juga secara simultan mengasah sejumlah keterampilan abad ke-21 lainnya yang vital. Proses kreasi konten melibatkan serangkaian tahapan: mulai dari pemikiran konsep, penulisan naskah/storyboard, produksi konten, hingga pasca-produksi (editing) dan publikasi. Seluruh proses ini membutuhkan pemecahan masalah (misalnya, bagaimana mengatasi masalah teknis saat merekam), pemikiran kritis (evaluasi konten agar menarik dan akurat), dan kemampuan komunikasi yang efektif (bagaimana menyampaikan pesan dengan jelas). 

Selain dari itu, cara anak belajar dengan menjadi kreator konten sangat relevan dengan metode pembelajaran yang telah diakui efektif secara global yaitu project-based learning. Melalui project-based learning, anak dapat belajar bagaimana orang dewasa bekerja di dunia nyata (Jacobs, 2020). Dengan bimbingan yang baik dari orang tua, anak dapat memperoleh pembelajaran yang berharga untuk masa depan melalui proses pembuatan konten digital.

Peran Sentral Orang Tua: Jembatan Menuju Kreasi Positif

Transisi dari konsumen pasif menjadi kreator aktif tidak terjadi begitu saja; hal ini membutuhkan peran aktif dan krusial dari orang tua sebagai pendukung dan pembimbing anak dalam menghasilkan konten yang positif dan bermutu.

Pertama, libatkan diri secara otentik dalam prosesnya. Ini berarti tidak hanya memberi izin, tetapi juga mendampingi dan berdiskusi. Diskusikan ide konten bersama anak, bantu mereka merencanakan struktur dan pesan yang ingin disampaikan, serta ajarkan tentang etika digital dan pentingnya menjaga privasi. Mengajukan pertanyaan seperti “Apa yang ingin kamu sampaikan dengan video ini?” atau “Bagaimana cara menyampaikan pesanmu?” dapat memicu pemikiran kritis pada anak.

Kedua, fasilitasi alat dan pengetahuan yang memadai. Ini bukan berarti harus investasi perangkat mahal. Sebuah ponsel pintar dengan kamera yang layak dan aplikasi editing video atau gambar gratis yang mudah digunakan (seperti CapCut, Canva, atau InShot) sudah lebih dari cukup untuk memulai. Yang terpenting adalah bimbingan tentang cara menggunakan alat-alat tersebut secara efektif dan bertanggung jawab, termasuk hak cipta dan penggunaan musik atau gambar dari internet.

Ketiga, fokus pada proses dan pembelajaran, bukan pada jumlah ‘likes’ atau ‘views’. Di dunia media sosial yang sangat performance-driven, anak-anak bisa dengan mudah tertekan oleh konsep popularitas. Tekankan bahwa nilai sejati sebuah konten terletak pada kualitas, orisinalitas, usaha yang dicurahkan, dan pesan positif yang disampaikan, bukan pada validasi dari jumlah interaksi. Rayakan upaya dan peningkatan, bukan hanya hasil akhir.

Membangun Pondasi Keamanan, Etika, dan Literasi Digital

Meskipun potensi kreativitas di media sosial sangat besar, aspek keamanan dan etika digital tidak boleh diabaikan atau dikesampingkan. Orang tua dan pendidik memiliki tanggung jawab moral dan praktis untuk secara proaktif mengajarkan anak tentang pentingnya menjaga privasi diri dan keluarga, risiko berbagi informasi pribadi secara sembarangan, serta bahaya interaksi dengan pihak tak dikenal (stranger danger). Diskusi terbuka mengenai cyberbullying—cara mengenali, mengatasi, dan melaporkannya—potensi misinformasi (hoax), dan pentingnya membangun jejak digital positif perlu dilakukan sejak dini dan secara berulang. Mediasi orang tua yang aktif dan co-viewing (menonton bersama) dapat memitigasi dampak negatif penggunaan media sosial pada anak. Membangun kesadaran ini akan membekali anak dengan kemampuan berpikir kritis dan literasi digital yang kuat, memungkinkan mereka menavigasi dunia maya dengan aman dan bertanggung jawab.

Menyiapkan Generasi Pemimpin Digital Masa Depan: Mendukung, bukan Eksploitasi

Banyak kasus saat ini dimana orang tua mengeksploitasi anak sebagai kreator konten. Sebagai orang tua, Anda dapat  memberikan dorongan kepada anak, namun keputusan menjadi kreator konten cilik harus berasal dari anak. Pada akhirnya, tujuan utama dari upaya mendorong anak untuk berkreasi di media sosial adalah untuk menyiapkan mereka menjadi pemimpin digital masa depan, bukan untuk monetisasi. Mereka tidak hanya akan menjadi pengguna pasif dari teknologi yang ada, tetapi juga pencipta, inovator, dan pemecah masalah yang mampu menggunakan platform digital untuk tujuan yang konstruktif. Keterampilan yang mereka dapatkan dari proses kreasi konten—mulai dari storytelling, critical thinking, kolaborasi, hingga pemahaman audiens—akan sangat relevan dan dapat ditransfer ke berbagai bidang pekerjaan yang terus berkembang di masa depan. Dengan memberikan bimbingan, ruang eksplorasi, dan lingkungan yang mendukung, kita memungkinkan anak-anak untuk memanfaatkan media sosial sebagai alat yang ampuh untuk pembelajaran berkelanjutan, pengembangan diri, dan kontribusi positif yang meluas bagi masyarakat. Ini adalah investasi jangka panjang untuk memastikan mereka siap menghadapi dan turut serta aktif membentuk dunia yang semakin digital.


REFERENSI

Anatasya, E., Herlambang Y. T., Rahmawati L. C. (2024). Peran Orang Tua Dalam Pengawasan Penggunaan Teknologi Digital Pada Anak. Jurnal Sadewa : Publikasi Ilmu Pendidikan, Pembelajaran dan Ilmu Sosial. Diakses pada 11 Juni 2025, dari https://doi.org/10.61132/sadewa.v2i1.531

Jacobs, B. (2020). Children as Content Creators: Learning by Doing during the Pandemic Using Technology. AARE Blog. Diakses pada 12 Juni 2025, dari https://blog.aare.edu.au/children-as-content-creators-learning-by-doing-during-the-pandemic-using-technology/ 

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *