Mendorong Anak agar Semangat Belajar

Share

Pernahkah Anda putus asa menghadapi anak yang enggan belajar atau menolak untuk mendengarkan Anda? Di antara berbagai faktor yang berperan dalam pembentukan ‘anak yang baik’, orang tua masih merupakan faktor utama yang berdampak besar pada keberhasilan anak-anak. Betapa pun buruknya perilaku seorang anak, mengubah cara orang tua berurusan dengan anak dapat menghasilkan suatu perbedaan. Mulailah berubah hari ini untuk membentuk anak yang siap menghadapi masa depan! Hal-hal berikut inilah yang dapat orang tua lakukan:

  1. percayalah bahwa tidak ada sesuatu yang salah dengan anak,
  2. pahamilah bahwa anak memiliki perbedaan persepsi,
  3. hormatilah pandangan anak tentang dunia anak,
  4. ubahlah sikap dan persepsi anak dengan reframing (mengubah sudut pandang),
  5. ubahlah perilaku diri sendiri sebelum menuntut perubahan perilaku kepada anak,
  6. jika usaha yang dilakukan tidak berhasil, cobalah mengubah strategi,
  7. bersikap luweslah pada saat membimbing anak,
  8. bebaskanlah diri dari hal-hal yang membatasi kepercayaan diri kita,
  9. bimbinglah anak melalui pertanyaan, dan jangan langsung menyuruh mereka melakukan sesuatu, dan
  10. doronglah anak untuk bermimpi.

Orang tua efektif selalu mendorong anak untuk memiliki impian besar, terlepas dari seberapa anehnya impian tersebut. Tidak masalah jika impian anak benar-benar tidak masuk akal dan gila. Hal terpenting adalah bahwa impian itu akan membuat anak bergairah dan mendorong anak untuk belajar dan berprestasi. Impian mereka akan berubah seiring dengan pertambahan usia. Namun, hal itu tidak menjadi masalah karena tujuan hidup anak memang masih belum mantap dan selalu dalam proses penyempurnaan. Orang tua yang membantu anak untuk menentukan tujuan hidup, akan membukakan jalan bagi anak dalam prosesnya untuk mengarahkan diri dan memiliki tujuan hidup itu. Mungkin, tidak semua anak mengetahui apa yang mereka inginkan dalam hidup mereka, tetapi orang tua sebaiknya sadar bahwa keraguan itu terjadi karena kepercayaan diri anak yang masih terbatas. Doronglah agar anak berani bermimpi! Buatlah bersama anak, peta jalan hidup yang mereka cita-citakan dengan menandai setiap tonggak penting dalam kehidupan mereka disertai dengan tenggat waktu pencapaiannya. Dengan demikian, anak dapat menandai setiap tahapan tumbuh kembang mereka. Dengan membebaskan anak untuk memiliki impian besar, siapa tahu, suatu hari kelak, mereka benar-benar mampu mewujudkannya.

Peran orang tua berubah seiring dengan pertumbuhan anak. Pada saat, anak masih kecil, orang tua berperan untuk memelihara, melindungi, dan membimbing mereka. Orangtua akan terus melakukan ketiga hal tersebut, tetapi dengan pertambahan usia anak, orang tua harus mengurangi wewenangnya. Seiring dengan mendewasanya anak, peran terpenting orang tua adalah mempersiapkan kemandirian anak.

Manusia tidak terlahir dengan keterampilan dasar untuk menjadi orang tua, meskipun ada orang yang memang memiliki bakat alami untuk menjadi orang tua. Sampai tingkat tertentu, proses menjadi orang tua lebih sering dipelajari melalui kesalahan karena mencoba-coba. Orang tua yang terbuka pada masukan tentang cara menjadi lebih terampil mengasuh anak, biasanya menjadi orang tua yang lebih baik seiring dengan perjalanan waktu. Jika ragu tentang gaya pengasuhan anak, orang tua mungkin dapat berbicara dengan orang tua lain, menghadiri kursus tentang pengasuhan anak, dan mengumpulkan informasi dari buku, majalah, televisi, dan radio. Jika orang tua masih memiliki berbagai pertanyaan, mereka dapat berkonsultasi pada seseorang yang ahli dalam bekerja sama dengan orang tua dan anak.

Pengasuhan anak berarti proses keaktifan menyediakan lingkungan yang aman, terjamin, dan mengayomi anak-anak. Proses ini membutuhkan fleksibilitas untuk memenuhi kebutuhan unik setiap anak, ketegasan untuk menetapkan batasan yang dibutuhkan, dan kematangan untuk kadang-kadang menyisihkan kebutuhan dan keinginan orang tua demi kepentingan anak-anak.

Praktik pengasuhan anak di seluruh dunia memiliki tiga tujuan penting: memastikan kesehatan dan keselamatan anak-anak, mempersiapkan anak-anak untuk menjadi orang dewasa yang produktif, dan menanamkan kepada nilai-nilai budaya. Kualitas hubungan yang baik antara orang tua dan anak sangat penting bagi perkembangan jati diri yang sehat.

“Keluarga adalah sekolah pertama untuk anak dan orang tua adalah model yang hebat.” —Alice Sterling Honig

Sumber: http://www.parentsday.com/; http://www.apa.org/topics/parenting/; www.psychologytoday.com; http://schools.nyc.gov/NR/rdonlyres/DEF1E968-827F-4B23-B50A-F139D71E5C6E/119501/Basicsofgoodparenting0001.pdf

Alih bahasa: Aulia Nurdini
Editor: Dr. Felicia Nuradi Utorodewo, S.S.

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *