Sebetulnya, permainan anak-anak itu sangat serius! Bagi seorang anak, bermain itu alamiah, spontan, menyenangkan, bermanfaat, dan dimulai dari diri sendiri. Bahkan, permainan yang tidak memiliki tujuan pembelajaran yang jelas pun akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Coba perhatikan wilayah kehidupan yang penting bagi anak-anak: cekikikan dengan teman setelah melakukan sesuatu yang jahil, atau memanjat pohon, atau terpesona oleh seekor semut yang merangkak di tanah.
Sekarang, pada abad ke-21, anak-anak yang terlahir di era digital menjadi generasi yang anggotanya dijuluki digital natives (pribumi/asli digital). Penemuan pada masa kanak-kanak tidak lagi terkendala oleh dunia fisik yang mengharuskan sesuatu itu disentuh, dicicipi, dan dihidu untuk dapat memahaminya. Imajinasi anak-anak sekarang dapat dieksplorasi dalam dimensi digital. Cara belajar dan mengakses informasi tidak ada habisnya. Dengan demikian, sangat penting bagi orang tua untuk menemukan cara mengoptimalkan apa yang mereka pelajari dari permainan digital mereka.
Ada anak-anak yang menghabiskan banyak waktu dengan menggunakan atau menonton media digital. Apakah keterlibatan digital merupakan ancaman bagi kesejahteraan anak-anak? Apakah mereka menghabiskan terlalu banyak waktu dengan perangkatnya? Apakah itu membuat mereka depresi? Ketergantungan? Gendut? Siapa yang paling berisiko? Bagaimana cara orang tua dan pengasuhnya melakukan kontrol sambil tetap memberikan ruang kepada anak-anak untuk bereksplorasi dan berkembang secara mandiri?
Mungkin, orang dewasa perlu merenungkan cara untuk mengakhiri “perbudakan pasif” ini. Mungkin dapat dilakukan “detoksifikasi digital” dengan mengubah kebiasaan lama dan melepas lebih banyak perangkat atau gawai. Nikmati jam bebas teknologi, jadilah lebih produktif di depan pekerjaan, dan kehidupan pribadi kita dapat meningkat pada saat menjalani proses tersebut.
Namun, sebelum membatasi penggunaan perangkat digital dari anak-anak karena mengkhawatirkan perkembangan mereka, beberapa ahli mengatakan, di media digital, bahwa anak-anak masih berinteraksi satu sama lain seperti sebelumnya dan bahwa interaksinya masih sama kualitasnya. Jadi, sebenarnya, tempat untuk berinteraksi sosial telah berubah ke ruang digital, tetapi konten interaksinya tidak berubah.
Permainan digital tidak lagi dilakukan seorang diri: sekitar 70% dari semua keterlibatan digital bersifat sosial. Permainan digital juga berkontribusi pada pemerolehan keterampilan abad ke-21 dengan mempersiapkan anak-anak untuk berperan pada masa depan, mengembangkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi, memelihara kreativitas, dan memberikan kesempatan untuk keterampilan literasi digital.
Bagaimana orang tua dan guru dapat mendukung kehidupan digital anak-anak?
Sekolah dan orang tua perlu bekerja sama dalam memberikan pedoman dan dukungan tentang cara menggunakan teknologi. Selain itu, juga cara berpartisipasi dalam aktivitas daring (online) yang akan berkontribusi pada pembelajaran dan kesejahteraan mereka. Memberdayakan remaja dengan informasi dan pengetahuan untuk menjaga diri mereka agar aman sangat penting dan merupakan kunci untuk pembelajaran yang efektif.
Apa saja nutrisi digital 3M?
Coba pikirkan penggunaan teknologi dengan cara yang sama seperti yang memikirkan makanan sehat: kita tahu apa itu makanan sehat dan dapat mengetahui serta memerhatikan kapan kita kenyang. Hal yang sama berlaku untuk mengembangkan keterampilan dalam mengenali apakah perasaan anak-anak atau aspek lain dalam kehidupan mereka mengalami dampak negatif, misalnya, sekolah, pekerjaan rumah, interaksi sosial, dll.
Tiga aspek utama dari Nutrisi Digital adalah mindful (menyadari), meaningful (bermakna), dan moderate (tidak berlebihan). Kita dapat memberi tahu anak-anak untuk memahami aspek-aspek ini ketika mereka menggunakan teknologi. Untuk anak-anak yang masih kecil, orang dewasa harus terus mengingat ketiga aspek ini untuk mengevaluasi penggunaannya.
Menyadari (Mindful): pastikan anak-anak “menyadari” tindakan mereka, dan bahwa mereka memiliki kesadaran dan tanggung jawab atas aktivitas daring mereka dan bagaimana tindakan mereka berdampak kepada aspek lain dalam kehidupan dan kepada orang lain. “Menyadari” ini mencakup hal-hal, seperti perundungan siber (cyber bullying) dan berkomentar negatif tentang orang lain.
Bermakna (Meaningful): memastikan bahwa anak-anak memiliki tujuan dan kejelasan sehubungan dengan hal yang mereka baca, komentari, atau saat berperan serta. Kegiatan harus berkontribusi, meskipun sedikit, untuk tujuan dan nilai-nilai pribadi.
Tidak Berlebihan (Moderate): kita perlu mengajari anak-anak cara mengatur kebiasaan dan penggunaan teknologi, dan cara menghindari dampak negatif di seluruh aspek kehidupan. Aktivitas seimbang dan dilakukan dalam jumlah yang ‘tidak berlebihan’! Harus dibatasi semua kegiatan penggunaan digital yang membuat anak-anak terlambat ke kelas, membuat anak terpisah dari waktu keluarga, mengakibatkan anak kurang tidur, atau yang mengambil waktu sehingga anak tidak mengerjakan pekerjaan rumah.
Ketika tumbuh, kapasitas digitalisasi untuk membentuk pengalaman hidup anak-anak turut tumbuh bersama mereka. Kemampuan digital ini menawarkan kesempatan yang tampaknya luas tidak terbatas, untuk belajar dan bersosialisasi, untuk diperhitungkan dan didengarkan. Masalah ini bukan tentang benar atau salah. Dunia digital sangat kompleks dan bernuansa. Sekali lagi, masalah ini bukanlah mengenai jaringan atau platform yang digunakan oleh keluarga atau anak-anak, tetapi lebih kepada maksud dan tujuan yang membuat keluarga menggunakan sebuah jaringan atau platform.
Sumber: https://issuu.com/karenboyes/docs/tm_magazine_issue18; https://www.unicef.org/publications/files/SOWC_2017_ENG_WEB.pdf; http://cdn.tfhwebassets.com.au/assets/thf/healthmatters/2016_August.pdf; https://www.forbes.com/sites/njgoldston/2018/01/24/try-it-your-2018-digital-detox-guide/#1c167a825b4f
Alih bahasa: Aulia Nurdini
Editor: Dr. Felicia Nuradi Utorodewo, S.S.