Kami sampaikan terima kasih kepada kontributor kami, Ibu Nurhayani Miru Guru Bahasa Inggris SD, Jakarta Islamic School.. Kami mengundang para guru untuk menampilkan ide dan gagasan Anda di Blog Mentari dengan menghubungi info@mentarigroups.com.
Sebelumnya, pernah tidak membayangkan perubahan besar akan terjadi di dunia pendidikan? Pernah tidak membayangkan kalau di tahun 2020 kita wajib berdiam diri dan mengajar dari rumah? Pernah tidak terpikirkan kalau mengajar akan menggunakan Zoom, video call, WhatsApp, Google Classroom, YouTube, dan lainnya? Pernah tidak kita memikirkan bagaimana anak-anak tipe kinestetik akan belajar dan menyerap semua yang kita berikan secara online? Pernah tidak membayangkan hal ini terus dilakukan sampai lebih dari satu tahun?
Tahun 2020 hingga sekarang (Maret 2021) adalah tahun yang banyak disayangkan oleh kebanyakan orang. Bukan hanya guru, murid, atau orang tua saja yang merasakan perubahan, tetapi semua aspek kehidupan juga terdampak. Banyak bisnis gulung tikar, adanya kebijakan PSBB, toko-toko banyak yang tutup, transportasi dibatasi, sekolah-sekolah tidak dapat beroperasi, tempat rekreasi ditutup, setiap orang saling curiga satu sama lain, ke manapun memakai masker, cuci tangan sesering mungkin, berjauhan dengan yang lain, dan tidak lupa membawa sanitizer. Semua hal tersebut terjadi akibat Virus Corona yang mewabah.
Mengajar di masa pandemi cukup menyeka keringat dan air mata. Bagaimana tidak? Sebelumnya, kita tidak pernah punya pengalaman mengajar anak-anak dalam kondisi pandemi. Mengajar saat ini membutuhkan skill baru, yaitu mengajar secara daring melalui Zoom, Google Classroom, grup WhatsApp, Telegram, video call, YouTube, dan sebagainya dengan tujuan semua murid bisa belajar dengan maksimal. Guru-guru pun pasti mencari strategi terbaik agar para murid tetap semangat, ceria, dan dapat mengerti pelajaran yang disampaikan.
Setiap guru harus rajin mengecek tugas-tugas yang diberikan secara online. Guru juga dituntut untuk menjaga kesehatan mata setelah berjam-jam menatap layar yang cukup membuat mata kelelahan, bahkan sakit. Selain itu juga harus memperhatikan anak-anak dengan mengecek ulang pemahaman mereka terhadap pelajaran. Guru juga harus ekstra perhatian dan langsung menghubungi orang tua jika ada murid yang belum mengumpulkan tugas. Padahal sebelum pandemi, kita cukup bertanya atau mengecek langsung buku para murid.
Hal yang cukup membuat guru-guru sedih saat mengajar adalah ketika tiba-tiba sinyal tidak bersahabat. Sedang asyik-asyiknya mengajar, tiba-tiba daya ponsel lemah atau pesan dari provider menyapa kalau kita/murid kehabisan pulsa. Gangguan listrik juga membuat koneksi murid terhambat. Seringkali aplikasi Zoom maupun laptop error. Juga ketika beberapa murid mengobrol saat kita mengajar, main game, tidak membuka video atau bahkan tidak mau menjawab saat guru menyapa, sehingga membuat guru menarik napas dan mengelus dada.
Di masa pandemi semua harus bersabar, paham, dan mengedepankan cara yang paling efektif saat mengajar. Mengajar saat ini membutuhkan kesabaran, ilmu, dan strategi yang tidak semudah membalikkan tangan. Orang tua harus rela berkorban lebih dengan membantu anak-anak di rumah. Terlebih yang kita khawatirkan, tidak semua orang tua bisa mengajar pelajaran yang diajarkan di sekolah, khususnya pelajaran yang berbahasa Inggris atau pelajaran lain yang tidak semua orang ahli. Ditambah lagi, orang tua juga bekerja ke kantor atau bekerja dari rumah (WFH), sehingga mereka kesulitan membagi waktu untuk membantu mengajar murid.
Akhir kata, semoga pandemi ini segera berakhir, semua virus pergi, sekolah dapat beroperasi, kita dapat mengajar dan bertemu secara langsung. Semoga semua lebih menghargai waktu dan nilai-nilai pendidikan dari sekolah, serta guru dan orang tua dapat saling bekerja sama. Mari kita belajar berbesar hati dan menerima ketetapan dari Yang Maha Kuasa. Suatu hari nanti semua akan ada hikmahnya, semua akan membuahkan hasil, dan pembelajaran online saat ini adalah yang terbaik di masa ini.
Gambar diambil dari Freepik.