Pahlawan

Share

Jika anak-anak ditanya, “Siapa pahlawanmu?”  Jawaban mereka pasti beragam. Pahlawan itu bisa jadi orang tua mereka, guru atau pelatih, pemimpin dunia, orang terkenal, atlet, atau orang dalam kehidupannya sehari-hari, seperti sahabat mereka sendiri. Ketika kecil, sering kali kita mengagumi karakter fiksi yang memiliki kekuatan ajaib, seperti penglihatan x-ray atau kekuatan untuk menghilang. Namun, seiring dengan bertambahnya usia, kita menyadari bahwa para pahlawan sejati bukanlah mereka yang ada di buku komik atau TV, tetapi mereka adalah orang yang kita jumpai sehari-hari.

Apa itu pahlawan? Beberapa kamus menyatakan bahwa: seorang pahlawan adalah figur mitologis atau legendaris yang memiliki kekuatan atau kemampuan luar biasa; seorang pejuang atau prajurit yang luar biasa; seseorang yang dikagumi karena capaian dan kualitasnya; atau orang yang menunjukkan keberanian yang luar biasa.

Ungkapan pahlawan tanpa tanda jasa sering diberikan kepada guru. Guru memberikan kunci keberhasilan, yaitu pendidikan. Pendidikan yang berkualitas menawarkan harapan dan janji akan standar kehidupan yang lebih baik. Tidak ada fondasi yang lebih kuat untuk perdamaian abadi dan pembangunan berkelanjutan selain pendidikan berkualitas, yang disediakan oleh para guru yang terlatih, dihargai, didukung, dan termotivasi. Tujuan seorang guru bukan hanya untuk mengajar, tetapi juga untuk menginspirasi. Kita juga bersua dengan guru-guru yang mengubah hidup kita menjadi lebih baik dan juga gurulah yang mengajarkan bahwa impian kita tidaklah sejauh yang kita rasakan. Guru membantu kita untuk mencapai potensi kita sepenuhnya dan mendorong kita untuk selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin.

Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, memiliki tiga prinsip penting. Prinsip-prinsipnya adalah Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi contoh), Ing Madyo Mangun Karso (di tengah memberi semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Hingga hari ini, prinsip-prinsip ini masih menjadi pedoman dan orientasi dalam dunia pendidikan Indonesia.

Tentunya, ibu kita merupakan salah satu pahlawan dalam kehidupan kita. Ibu mengajarkan kita pelajaran tentang hidup dan senantiasa mendukung kita sepenuh hati. Termasuk juga, ketika sang anak membuat kesalahan, ibu biasanya akan membahas konsekuensinya, dan apa yang dapat dilakukan anak dalam membuat keputusan terbaik.

Jadi, apakah kita seorang pahlawan? Apa yang membuat seorang yang biasa menjadi luar biasa? Apakah kita bersedia melakukan pengorbanan  yang besar? Apakah kita bersedia mempertaruhkan hidup demi seseorang yang sama sekali asing bagi kita atau bahkan orang yang tidak kita sukai? Sebagian besar petugas pemadam kebakaran akan menjawab dengan serempak dan gegap gempita, “YA!” Akan tetapi, bagaimana dengan kita sendiri? Mampukah kita menjadi pahlawan?

Catatlah kemajuan yang terjadi setiap tahun. Beberapa orang menggunakan saat ulang tahun, liburan musim panas, atau akhir tahun untuk mengevaluasi apakah mereka bergerak ke arah yang benar, atau jika perlu, apakah mereka sebaiknya mengubah tujuan mereka.

“Dunia tidak stagnan atau diam di tempat, dan Anda pun tidak stagnan,” kata Robert Steven Kaplan, dekan Harvard Business School. “Kita harus memodifikasi identitas kita saat menempuh kehidupan,” kata Ravenna Helson, seorang profesor Psikologi di University of California, Berkeley. “Tidak ada kata terlambat untuk menemukan kembali diri sendiri,” kata Helson,” Bahkan pada usia 60, seseorang dapat saja memutuskan untuk menyempurnakan diri sendiri menjadi orang yang mereka inginkan”.

“Jika tidak memiliki tujuan jangka panjang, Anda berisiko melakukan hal-hal kecil yang tidak berarti setiap harinya”, kata Art Markman (seorang profesor psikologi di University of Texas) memperingatkan kita. “Hal itu akan membuat Anda merasa gelisah dan resah. Rancangan besar dalam hidup Anda yang akan memberi makna pada kehidupan Anda,” katanya.

Sebelum dapat menemukan kembali diri sendiri, kita harus tahu siapa diri kita saat ini. Orang-orang perlu mengenali kekuatan mereka, kelemahan mereka, hasrat mereka, dan kisah mereka sendiri, kata Kaplan. Satu tantangan untuk mengevaluasi diri: Sebagian besar orang cenderung memiliki ilusi superioritas. Ilusi itu adalah keyakinan bahwa kita berada di atas rata-rata berkaitan kemampuan kita. Padahal, sebenarnya, tidak mungkin kita berada di atas rata-rata seperti itu. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk bersikap sangat jujur ​​pada saat menilai diri sendiri dan pada saat berupaya menemukan kembali diri sendiri. Diskusikan impian kita dengan orang-orang yang peduli kepada kita dan mengenal kita dengan baik, dan orang-orang yang kita percayai akan jujur mengungkapkan kepada kita kekuatan dan kelemahan kita. Teman seperti itu dapat membantu kita untuk mengukur keterampilan kita dan menunjukkan hal yang merupakan kegairahan atau hasrat sejati Anda.

Tetap semangat belajar dan tentukanlah resolusi Anda di akhir tahun ini.

Sumber: http://www.psychologytoday.com/articles/201404/reinvent-yourself

Alih bahasa: Aulia Nurdini
Editor: Dr. Felicia Nuradi Utorodewo, S.S.

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *