Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk PAUD Pada Era Perkembangan Teknologi

Share

oleh Felicia Nuradi Utorodewo1

Kegiatan untuk memfasilitasi pengembangan pembelajaran bagi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), baik formal dan informal, akan selalu diperlukan. Pada masa sekarang ini, pengembangan bahan ajar untuk berbagai peringkat pendidikan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Bahan ajar tidak hanya berupa buku atau materi cetak lainnya, melainkan sudah berupa materi yang mememerlukan bantuan perangkat teknologi.

Artikel kali ini memfokuskan perhatian kepada metode pembelajaran bahasa, baik bahasa ibu maupun bahasa Indonesia, yang memanfaatkan perangkat teknologi. Artikel diawali dengan prinsip-prinsip dasar dalam pembelajaran bahasa untuk siswa PAUD. Diikuti dengan tantangan yang dihadapi pada era teknologi. Untuk menghadapi tantangan tersebut, diberikan metode pembelajaran yang tepat. Dalam artikel ini, disediakan pula kiat-kiat yang dapat digunakan untuk memaksimalkan pembelajaran. Untuk itu pula, pada akhir artikel disertakan daftar pustaka mengenai metode pembelajaran bahasa Indonesia untuk PAUD pada era teknologi. Penyertaan tersebut diharapkan dapat membantu pembaca mendalami lebih jauh masalah pembelajaran bahasa berbasis teknologi untuk anak usia dini

1. Prinsip Dasar Pembelajaran Bahasa untuk Anak Usia Dini

Ada empat prinsip dasar dalam pembelajaran bagi siswa PAUD:

  1. Naturalistik: pembelajaran bahasa diberikan sebagai alat interaksi alamiah antara siswa dan lingkungannya.
  2. Kontekstual: materi pembelajaran harus relevan dengan pengalaman sehari-hari siswa.
  3. Indrawi: untuk membuat proses pembelajaran menarik, materi pembelajaran harus memuat penggunaan kelima indra: indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra peraba (ujung jari), indra pengecap atau perasa (ujung lidah), indra pencium atau penghidu (hidung).
  4. Bersifat Permainan: Berorientasi pada kegiatan bermain yang merupakan cara utama anak untuk belajar, termasuk juga dalam mempelajari bahasa.

2. Tantangan di Era Teknologi

Pada masa kini, anak-anak menghadapi gangguan teknologi. Mereka terpapar oleh adanya komputer, komputer jinjing, telepon genggam yang merupakan peralatan teknologi yang canggih. Kadang kala, anak-anak menjadi jauh lebih terampil menggunakan berbagai aplikasi dan permainan elektronik. Tentunya, kenyataan ini menimbulkan berbagai dampak, antara lain

  1. Distraksi digital: Anak sering terpapar oleh gawai yang tidak mendukung pembelajaran Bahasa dan pembelajaran pada umumnya.
  2. Ketergantungan pada visualisasi: Anak cenderung lebih fokus pada gambar atau video dibandingkan kepada teks atau interaksi verbal.
  3. Kekurangan Interaksi Sosial: Teknologi mengurangi kesempatan anak untuk berbicara langsung dengan orang tua atau teman sebaya.

3. Metode Pembelajaran dengan Bantuan Teknologi

Akibat yang sangat terasa adalah bahwa siswa mengalami kendala dalam pembelajaran. Oleh karenanya, baik orang tua maupun guru harus berusaha mencari jalan keluar dari situasi ini. Ada tiga jalan keluar yang disarankan dalam aritkel ini.  

A. Pendekatan Berbasis Teknologi Secara Bijak

Sebaiknya, orang tua dan guru tidak memarahi anak yang bermain dengan gawainya. Mengapa? Karena sekarang ada banyak aplikasi berupa bahan ajar. Lebih baik, orang tua dan guru mengenali dan mengetahui berbagai fitur dan aplikasi, terutama aplikasi yang berhubungan dengan pendidikan. Caranya adalah dengan mengajak anak bercerita tentang sebuah aplikasi pendidikan yang diketahuinya dan yang disukainya.

Berdiskusilah bersama anak dan juga mintalah kepada anak untuk mengajarkannya. Tidak ada salahnya orang yang lebih tua belajar kepada yang lebih muda. Sebagai contoh saya pernah belajar kepada cucu saya cara menggunakan fitur berbagi lokasi (istilah mereka “syerlok” dari share location). Dengan demikian, anak berkesempatan untuk mempraktikkan penggunaan bahasa dalam menjelaskan prosedur penggunaan fitur pada gawai. Sang nenek belajar hal baru; sang cucu belajar tentang cara menerangkan prosedur penggunaan sesuatu.

Ada tiga pendekatan yang diusulkan dalam artikel ini, tentu daftar ini dapat diperpanjang dengan cara lain.    

a. Aplikasi Edukatif:

Gunakan aplikasi pembelajaran interaktif yang sistematis dan terukur. Artinya, sistematis itu sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam kurikulum dan terukur memiliki indikator yang jelas untuk menilai capaian anak. Aplikasi edukatif biasanya berfokus pada penyampaian materi ajar secara langsung, seperti bahasa, sains, matematika dan lain-lain. Untuk materi ajar yang berkaitan dengan bahasa, pilihlah aplikasi yang mengajarkan kosakata, tata bahasa, atau pelafalan dengan cara yang menyenangkan. Anak juga dapat bermain aplikasi mengenal huruf, menyimak cerita rakyat interaktif, atau menonton animasi lagu.

b. Video Interaktif:

Tontonlah bersama video yang berisi dongeng, cerita, atau keterangan mengenai sesuatu yang mudah diikuti oleh anak. Video tidak perlu terlalu panjang dan disajikan secara menarik.
Setelah itu, ajaklah anak untuk menceritakan kembali isi video. Jika video berisi dongeng, siswa dapat diajak untuk bermain peran dan menirukan gaya bicara tokoh dalam dongeng. Jika video berisi keterangan tentang membuat roti lapis (sandwihch) dan mengoles mentega ke atas roti. Siswa dapat diminta untuk mempraktikkannya.

c. Permainan Edukatif:

Pilihlah permainan digital yang mengandung unsur edukatif. Artinya, permainan ini berfokus pada pembelajaran melalui pengalaman bermain. Bentuk permainan harus menantang dan menyenangkan dengan tujuan pembelajaran yang tersembunyi (inheren). Permainan dapat merupakan permainan asah otak (puzzle), teka-teki yang melatih anak berpikir. Materi ajar bahasa yang dikemas dalam bentuk permainan dapat berupa pengenalan huruf, kata, melengkapi kalimat, mengisi teka-teki silang, atau menyimak cerita singkat.

B. Metode Tradisional yang Dipadukan dengan Teknologi

Tentu metode pengajaran tradisional tidak perlu ditinggalkan. Bahkan kedua metode ini, tradisional dan teknologi, dapat dipadukan. Metode terpadu ini memastikan bahwa teknologi dapat digunakan secara optimal, tanpa menggantikan peran interaksi langsung yang esensial bagi perkembangan anak usia dini. Perlu diingat bahwa teknologi merupakan alat bantu bagi orang tua atau guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang menarik dan menyenangkan.

a. Membaca Bersama:

Orang tua atau guru dapat membaca buku cerita sambil menggunakan buku elektronik yang disertai ilustrasi yang menarik. Dapat pula digunakan cerita yang disampaikan dengan audio untuk melatih keterampilan menyimak anak. Setelah melihat dan menyimak cerita, orang tua atau guru dapat bertanya langsung secara lisan kepada anak. Anak menjawab dengan cara lisan pula. Orang tua dan anak bersama-sama menulis ringkasan dari cerita sederhana setelah mendengarkan lagu atau menyimak cerita digital. Ada tiga keterampilan lain yang dapat dicapai oleh anak, yakni (1) keterampilan menyimak cerita, (2) keterampilan pemahaman atas cerita, (3) keterampilan berbicara, dan (4) keterampilan mengungkapkan pikiran mereka atas cerita yang didengar, baik secara lisan maupun tulis.

b. Merekam Cerita dan Drama:

Ajaklah anak untuk memerankan sebuah percakapan pendek. Cerita dapat disediakan terlebih dahulu oleh orang tua atau guru atau dicuplik dari buku pelajaran. Orang tua atau guru, atau salah seorang teman dapat merekam percakapan pendek itu dengan menggunakan telepon genggam atau kamera. Setelah itu, tontonlah hasil rekaman bersama anak dan teman-temannya. Kemudian diskusikanlah hasil itu untuk melatih kemampuan berbicara, menyimak, mengevaluasi, dan menyimpulkan hasil diskusi.

c. Kartu Pintar Digital:

Cara lain adalah menggunakan kartu pintar (flashcards) digital untuk memperkenalkan kosakata baru, warna, atau bentuk. Anak menyebut dan melafalkan kata atau gambar yang dilihatnya, menyebut warna, atau menyebut bentuk. Kartu pintar dapat berisi huruf atau suku kata. Anak harus menyebut nama huruf dan melafalkan suku kata. Dapat pula kartu pintar digital itu berisi gambar urutan cerita. Anak diminta untuk menceritakan isi dari gambar secara berurutan. Anak memperoleh keterampilan membaca dan mengurutkan cerita.

C. Berkomunikasi Sosial dengan Basis Teknologi

Bahasa merupakan alat komunikasi. Oleh karenanya, pembelajaran mengenai cara berkomunikasi dengan santun dan efektif perlu diberikan kepada anak. Telepon genggam merupakan sarana yang baik untuk mengajarkan anak cara berkomunikasi.

a. Bercerita secara virtual:

Ajaklah anak menggunakan fitur panggilan video pada telepon genggam mereka. Mintalah anak untuk menelepon salah seorang keluarga (kakek, nenek, paman, bibi, sepupu). Jika telah tersambung, suruh anak untuk menyapa orang yang ditelepon oleh mereka dengan sopan (ucapkan salam, perkenalkan diri). Lanjutkan dengan menanyakan kabar orang yang ditelepon. Setelah itu, anak bercerita mengenai kegiatan mereka. Akhiri percakapn dengan sopan disertai salam perpisahan. Kegiatan ini mengajarkan kepada anak untuk berkomunikasi melalui telepon dengan cara yang sopan dan efektif. Berfokuslah kepada kata sapaan, cara berbicara, pilihan kata, dan juga penataan kalimat yang baik.  

b. Berkolaborasi secara Daring (dalam jaringan-online):

Suruhlah anak membentuk kelompok atau bergabung dalam sebuah kelompok virtual. Jika kelompok sudah terbentuk, ajaklah anggota kelompok untuk mendengarkan lagu atau cerita anak-anak bersama-sama. Setelah bersama-sama menyimak lagu atau cerita, mintalah anak-anak berdiskusi mengenai hal yang disimak. Buatlah narasi dari lagu yang mereka dengar atau ringkasan dari cerita yang mereka simak. Dapat juga, dalam kelompok, anak-anak berkolaborasi untuk membuat sebuah proyek, seperti merekam cerita atau lagu yang mereka buat sendiri setelah belajar dari sebuah video edukasi.

4. Tips Memaksimalkan Pembelajaran

Meskipun teknologi dapat membantu kelancaran pembelajaran anak, orang tua dan guru diharapkan agar tetap memperhatikan kegiatan bergawai anak. Perhatikan agar anak tidak terlalu lama menggunakan gawainya. Ada tiga hal yang patut diperhatikan

  1. Batasi waktu penggunaan teknologi: Gunakan gawai maksimal 1 sampai 2 jam sehari untuk kegiatan edukasi.
  2. Kombinasikan kegiatan digital dan nondigital: Misalnya, setelah menonton video edukasi, lakukan aktivitas manual seperti menulis atau menggambar.
  3. Peran orang dewasa: Orang tua dan guru perlu mendampingi anak saat menggunakan teknologi agar pembelajaran tetap terarah.
  4. Libatkan unsur lokal: Selalu sertakan cerita rakyat, lagu daerah, atau permainan tradisional dalam bahasa Indonesia untuk menumbuhkan kecintaan anak pada budaya.

Daftar Pustaka

Abidin, Patno dan Asy’ari (2023) Buku Metode Pembelajaran Anak Usia Dini. Surabaya: UM Surabaya.

Dhieni, Nurbiana, dkk. (2021) PAUD 4106-Metode Pengembangan Bahasa. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Novita Sari, Yesi (2024) Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini Terintegrasi L-STEAM. Pekanbaru: LPPM Universitas Lancang Kuning.

Rahman, Mhd. Habibu (2019) Model-model Pembelajaran Anak Usia Dini: Teori dan Implementasi. Yogyakarta: Penerbit Ar-Ruzz.

Warmansyah, Jhoni dkk. (tanpa tahun) Teknologi Pembelajaran Berbasis Digital Anak Usia Dini. Selayo, Sumatera Barat: PT Insan Cendikia Mandiri Group.


  1. Purnatugas pada 2018 dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Uniersitas Indonesia (FIB-UI). Pendidikan terakhir Doktor dalam bidang Semantik-Leksikal ↩︎

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *