Oleh Kathy Matheson dan Monica Rhor, Associated Press Writer
Philadelphia—pada hari pertama pada tahun ajaran baru, Mileena Rodriguez yang berusia 12 tahun mendengar sambutan dari Presiden Barack Obama yang mengatakan bahwa kerja keras dapat membawa seseorang ke banyak tempat.
Mileena menyimak permintaan Obama agar para siswa belajar dengan keras dan tetap bersekolah pada hari Selasa. Saat Obama berpidato, Mileena menonton bersama dengan teman sekelasnya di Sekolah Dasar Thurgood Marshall dan siswa di seluruh Amerika. Meskipun banyak keributan di antara orang tua atas pidato kembali ke sekolah itu, banyak anak muda yang dengan sepenuh hati menerima pesan Presiden Obama.
“Beliau mengatakan bahwa kita adalah masa depan, dan beliau benar,” kata Mileena, yang bercita-cita menjadi ahli forensik. “Itu presiden yang sedang memberitahumu, ‘Aku peduli bahwa kamu memperoleh pendidikanmu.’ Bayangkan saja, apa yang dapat dilakukan oleh anak-anak seperti kita jika kita benar-benar menyimak apa yang dikatakan beliau.”
Para siswa dari pantai ke pantai mengikuti pidato presiden melalui TV di kelas dan dari layar komputer.
Namun, ada juga siswa yang tidak sempat sama sekali menyimak pidato presiden. Mungkin, karena orang tua mereka menarik mereka dari kelas atau karena sekolah mereka menolak untuk menayangkan pidato itu. Penolakan itu terjadi karena adanya keluhan dari kelompok konservatif dan kelompok lainnya yang menyatakan bahwa pidato tersebut berbau indoktrinasi politik.
Dalam pidatonya, yang disiarkan di situs web C-SPAN dan Gedung Putih, Obama menggunakan contoh-contoh dari kehidupannya sendiri untuk mendorong siswa agar giat belajar. Obama mengatakan kepada para siswa untuk berhenti mengejar impian menjadi atlet atau bintang TV realitas.
“Sejujurnya, meraih sukses itu tidak mudah. Kalian tidak akan dapat menyukai setiap mata pelajaran yang kalian pelajari. Kalian belum tentu bisa cocok dengan setiap guru. Tidak semua tugas atau pekerjaan rumah terasa benar-benar relevan dengan kehidupan kalian saat ini. Pada saat kalian mencoba sesuatu hal untuk pertama kalinya, kalian belum tentu akan langsung berhasil,” kata Obama.
Karen Miller, mantan pejabat PTA yang sudah lama menjadi seorang aktivis pendidikan di daerah Houston, mengatakan bahwa, pada awalnya, dia memiliki kekhawatiran tentang pidato itu dan dampak rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menyertainya. “Setiap kali seorang tokoh politik meninjau sebuah sekolah negeri, kita harus sangat berhati-hati,” katanya.
Namun, setelah mendengar pidato Obama, Miller mengatakan bahwa pidato tersebut menginspirasi.
“Pesan yang Obama sampaikan kepada anak-anak sangat tepat, bahwa anak-anak membentuk takdirmu, terlepas siapa yang ada di sekelilingmu,” kata Miller. “Pesan itu benar-benar tepat sasaran. Saya jadi merinding mendengarnya.”
Semua sekolah di distrik Philadelphia dengan 163.000 siswa didorong untuk menonton pidato tersebut, yang memang bertepatan dengan hari pertama sekolah.
Gubernur Letnan Missouri, Peter Kinder, seorang dari partai republikan, pada awalnya mengkritik pidato tersebut dan juga rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disarankan sebagai “langkah-langkah yang belum pernah dilakukan oleh presiden mana pun sebagai bentuk intervensi oleh pemerintah.” Namun, kekhawatiran Kinder mereda setelah beberapa RPP diubah.
“Pesan Obama benar-benar tidak berbahaya dan merupakan pesan yang terpuji,” kata Kinder,
Di Sekolah Menengah Thomas Jefferson di Auburn, Washington, sebuah distrik yang rasial dan yang ekonominya beragam, di luar Seattle, para calon mahasiswa tahun kedua mendengarkan dengan penuh perhatian tayangan pidato tersebut. Ariana Steele yang berusia lima belas tahun mengatakan bahwa pesan itu relevan dengannya.
“Jika kita melihat seseorang dengan kekuasaan layaknya seorang presiden mengatakan sesuatu yang selalu dikatakan oleh orang tua atau guru kita, seumur hidup kita, maka perkataannya itu menjadi sangat bermakna dan berarti bagi kita. Kata-kata itu benar-benar membuat kita ingin berusaha dan bekerja lebih baik,” katanya.
Seorang siswa kelas lima, di San Francisco, William Geist yang suka tidur larut malam, mendengarkan dengan cermat kisah Obama yang belajar bersama ibunya pada pukul 4:30 pagi.
“Sejak mendengar pidato Obama, sekarang saya sering berkata kepada diri sendiri, ‘Wah, saya harus bangun pagi-pagi. Saya harus bersiap-siap untuk sekolah. Saya harus melakukan hal ini,” kata William.
Sumber: https://www.thereporter.com/2009/09/09/children-inspired-by-speech/
Alih bahasa: Aulia Nurdini
Editor: Dr. Felicia Nuradi Utorodewo, S.S.