Selama berabad-abad, manusia berjuang untuk sukses. Saat ini, masyarakat modern sangat berorientasi pada pencapaian dan berfokus kepada kesuksesan anak-anak mereka. Bagi anak, keberhasilan akademis menjadi faktor utama kesuksesan mereka di masa depan. Lalu, bagaimana kita dapat membantu siswa agar prestasi akademis mereka berkembang dengan baik?
Sebuah studi oleh Dr. Bharat H. Mimrot, Kepala Departemen Psikologi (NKSPT Arts, Science, and Communication College, Badnapur, India) menunjukkan bahwa faktor lingkungan keluarga dan rumah sangat berpengaruh atas keberhasilan akademis siswa dalam pembelajaran, baik formal maupun informal. Kehidupan di rumah dan lingkungan literasi rumah berhubungan erat dengan perkembangan kesadaran fonologis, serta kemampuan membaca dan menulis anak usia dini. Agar sukses di sekolah, anak-anak juga perlu belajar di rumah.
Lingkungan rumah sangat membantu keberhasilan akademis siswa. Tanpa suasana rumah yang hangat, bahagia, dan tenang, akan sulit bagi siswa untuk berhasil di sekolah. Kemampuan orang tua dalam merancang, menata, dan mengatur waktu akan sangat menguntungkan dan membantu anak dalam berbagai aspek kehidupannya. Ciptakanlah lingkungan rumah yang akan mendukung dengan baik kehidupan akademis anak tanpa membuatnya tertekan. Beri semangat kepada anak, tanpa memaksa mereka untuk belajar.
Agar orang tua dapat berkontribusi dalam pendidikan anak-anak mereka, ada beberapa strategi, di antaranya, melalui penyediaan fasilitas dan materi pembelajaran, serta dorongan dan bantuan yang intensif kepada anak. Tiap anak memiliki karakteristik yang berbeda, demikian pula dengan gaya belajarnya. Dengan menyesuaikan diri kepada gaya belajar yang disukai anak, orang tua membantu anak untuk senang belajar. Semua anak, seyogianya, memperoleh pengalaman yang memadukan semua pelajaran ke dalam kegiatan bermain agar mereka berhasil di sekolah dan juga dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita membantu anak kita untuk belajar dengan cara yang alamiah bagi mereka, rasa percaya diri anak, yang dibutuhkan untuk menguasai gaya belajar yang sesuai baginya, akan berkembang dengan sendirinya.
Ada empat gaya belajar yang utama: auditoris (pendengaran), kinestetis (pergerakan), taktual (sentuhan), dan visual. Inilah cara orang tua mengenali dan mendukung setiap tipe siswa:
- Gaya belajar auditoris: anak menangkap informasi baru dengan cepat dan baik melalui indera pendengaran (mendengarkan percakapan atau menyimak teks yang dibacakan dengan suara lantang).
Ciri anak tipe auditoris adalah
- Mampu dengan cepat mengingat kata-kata dari cerita dan lagu;
- Mampu dengan mudah mengikuti petunjuk; dan
- Sering mengulang-ulang frasa dan komentar yang didengarnya.
Cara membantu anak tipe auditoris:
• Semakin sering diajak berbicara, akan semakin banyak informasi yang akan dikumpulkan oleh anak;
• mengajak anak bersama-sama menikmati saat bercerita atau berdongeng; dan
• mengajarkan hal-hal yang baru melalui lagu dan rima.
- Gaya belajar kinestetis: anak menangkap informasi baru dengan cepat dan baik melalui pengalaman fisik, praktik, dan simulasi dengan menggunakan pancaindera mereka untuk menelaah tempat-tempat dan konsep-konsep baru.
Ciri anak tipe kinetetis adalah
- Aktif bergerak di ruang terbuka;
- Senang berpura-pura menjadi karakter dari buku favorit (kesayangan);
- Senang meniru aksi-aksi yang ada dalam cerita;
- Selalu mengajak mainannya ke dalam kehidupannya sehari-hari dan menghidupkan mainannya; serta
- Sering melibatkan mainannya dalam permainan yang aktif.
Cara membantu anak tipe kinestetik:
• Bawakan cerita disertai gerak fisik. Gerakan tersebut akan membantu anak memahami dan mengingat buku-buku favoritnya (kesayangannya).
• Berikan informasi baru melalui permainan yang mengandung gerakan.
• Bermain-peranlah dengan skenario yang dibuat untuk membantu anak mencerna atau mengingat pelajaran baru.
- Gaya belajar taktual: anak dengan mudah mengingat atau menangkap informasi baru melalui indera perasa (untuk merasakan/feel) dan peraba (untuk menyentuh/touch). Dengan demikian, mereka dapat merasai dengan menyentuh sesuatu serta dapat memahami cara kerja atau proses terjadinya sesuatu.
Ciri anak tipe taktual adalah
- Mudah tertarik pada objek dengan bentuk dan tekstur yang menarik, dan suka bermain balok;
- Perlu secara langsung merasakan konsep abstrak, seperti menyentuh es batu untuk memahami bagaimana rasa dingin itu bisa dirasakannya sebagai “sangat dingin”; serta
- Akan mengalami kesulitan mengikuti petunjuk atau perintah untuk melaksanakan tugas yang baru atau kurang familiar baginya.
Cara membantu anak tipe taktual:
• Perkenalkan tugas atau bahan baru kepada anak, kemudian biarkan mereka mencoba;
• Berikan materi dengan tekstur menarik yang juga cukup kuat jika diperlakukan dengan penuh keingintahuan;
• Tawarkan berbagai teka-teki dan permainan yang dapat dilakukan beralaskan meja; dan
• Ajak mereka membuat bentuk dan huruf dengan tangan mereka di pasir atau tepung.
- Gaya belajar visual: anak dengan mudah menangkap informasi baru melalui indera penglihatan dengan bantuan ilustrasi, grafik, bagan, diagram, poster, dan sebagainya.
Ciri anak tipe visual adalah
- mudah terpesona oleh foto, ilustrasi, dan acara televisi atau video;
- ingat bagaimana melakukan hal-hal yang dilihatnya dari orang lain; serta
- cepat mengenali bentuk, warna, dan huruf.
Cara membantu anak yang visual:
• Bagikan buku bergambar dengan berbagai grafis yang menarik.
• Tampilkan acara televisi dan video pendidikan.
• Tunjukkan bagaimana melakukan tugas-tugas baru atau menggunakan materi yang belum pernah dicoba sebelumnya.
• Urutkan dan cocokkan sesuatu dengan membuat mural atau kolase.
• Buatkan bagan dengan foto-foto yang menunjukkan rutinitas keseharian atau pekerjaan rumah tangga.
Setiap anak memiliki gaya belajar, cara mengamati lingkungan, atau cara memperoleh informasi baru yang berbeda satu dari yang lain. Untuk itu, setiap anak perlu mencoba keempat gaya belajar tersebut sehingga mereka, pada akhirnya, menemukan gaya yang paling cocok bagi mereka untuk diaplikasikan dalam kehidupan mereka. Proses mencoba ini akan membuat mereka berhasil di sekolah dan masa setelahnya. Pada akhirnya, semua orang belajar secara individual dengan berbagai cara. Kita semua—anak-anak dan orang dewasa—menjalankan proses belajar terbaik untuk diri masing-masing dengan menggunakan pancaindera kita dalam mengeksplorasi/mencermati dunia.
Sumber: http://www.parenting.com/article/whats-your-childs-learning-style-21354384; http://www.ijip.in/Archive/v4i1/18.01.084.20160401.pdf; http://eprints.uny.ac.id/18538/4/4.%20Bab%20II.pdf
Alih bahasa: Aulia Nurdini
Editor: Dr. Felicia Nuradi Utorodewo, S.S.