Mempersiapkan Sesi Kelas (Bagian 2)

Share

“Jika dikerjakan jauh hari sebelum tenggatnya, sebuah tugas terasa mudah. Jika dilakukan secara tergesa-gesa dan ceroboh, tugas itu pasti terasa sulit.” (Cleary, 1989, hal. 5)

Belajar dari Pengalaman

Cobalah mengingat kembali pengalaman saat mengajarkan sebuah topik dan cobalah untuk mengulang kembali cara-cara yang dianggap berhasil.

  • Jika kelas berjalan dengan baik, apa penyebabnya? Jika guru atau siswa bosan pada suatu pelajaran, apa penyebabnya? Seharusnya, cara mengajar yang bagaimanakah yang dianggap berhasil?
  • Apakah ada sesuatu yang dilakukan dengan cara berbeda pada hari ini dibandingkan dengan hari-hari yang lalu? Jika memang demikian, berilah perhatian khusus pada cara siswa merespons dan mintalah pendapat beberapa siswa setelah kelas usai.
  • Apakah penyampaian pembelajaran perlu diperlambat? Apakah penyampaiannya terburu-buru? Ingat, memberi materi yang banyak tidak berarti bahwa pembelajaran menjadi lebih baik. Pembelajaran yang diberikan secara terburu-buru tidak akan menanamkan kedalaman atau dasar pemahaman pada siswa sebagaimana yang diharapkan.
  • Pernahkah mengalami saat ketika pembelajaran terasa menyebalkan atau tidak sesuai dengan harapan? Apakah guru diizinkan untuk memilih ruangan lain?

Waspadai Kebiasaan Lama

Kebanyakan guru mengajar dengan sepenuh tenaganya. Guru yang penghibur akan bercerita dan mengajar kepada kelas yang terpesona olehnya. Guru yang pemandu sorak akan menggunakan diskusi kelompok, bergerak dari satu kelompok ke kelompok siswa lainnya, menyemangati mereka dalam bekerja dan mendorong siswa untuk terus maju. Guru yang perfeksionis akan menghabiskan waktu berjam-jam menyiapkan salindia (slide PowerPoint} yang cemerlang, terperinci (biasanya, terlalu berlebihan). Akan tetapi, bagaimana pun cara seorang guru mengajar, perlu diingat bahwa siswa akan terbiasa dengan gaya penyajian sang guru. Variasi merupakan bumbu dalam pengajaran yang baik. Seorang guru tidak perlu enggan mengubah kecepatan dan gaya mengajarnya.

  • Jika guru terbiasa menggunakan salindia, cobalah sesekali melakukan cara yang lain untuk mengajar.
  • Jika guru selalu berdiri di tengah depan ruangan, cobalah untuk pindah ke posisi lain.
  • Jika guru menggunakan proyektor overhead (OHP), cobalah untuk duduk di suatu tempat di kelas. Saat menjelaskan materinya, guru meminta salah seorang siswa untuk menuliskan butir-butir penting di lembaran OHP. (Siswa menyukai cara ini. Sementara itu, temannya akan membantunya dalam mencatat).
  • Dapat pula, guru menceritakan kisah dari kehidupannya sendiri yang akan menyebabkan siswa tergugah untuk bercerita tentang pengalaman mereka.
  • Jika Anda seorang dosen, sesekali, campurlah dan gabung mahasiswa ke dalam beberapa kelompok kerja.
  • Jika guru harus mempresentasikan atau memeragakan proyeknya, kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan bantuan siswa atau mahasiswa.
  • Selalu manfaatkan sebuah kesempatan atau peristiwa. Jika cuaca sedang cerah dan siswa mengenakan pakaian yang ringan, gunakan kesempatan itu untuk memahami sebuah materi pelajaran (misalnya, masalah kepatuhan dan kepatutan)?  Suatu ketika, saat sedang mengajar topik anoreksia, salah satu siswa bertanya kepada siswa lain, yaitu seorang atlet perempuan, mengenai berat badannya. Atlet perempuan itu tidak mau menjawab. Sebaliknya, para siswa laki-laki secara lantang menyatakan berat badannya di depan kelas. Keengganan atlet perempuan tersebut untuk menjawab, kemudian, membuka diskusi mengenai tekanan budaya yang dialami wanita tentang kewajiban dan hak privasi terkait dengan menimbang berat badan dan mengukur tubuh. Contoh ini akan menjelaskan cara masalah gangguan makan muncul serta cara untuk mengatasi gangguan itu dan merawat penderitanya.

Para Siswa

Siswa dalam sebuah kelas cenderung untuk berbaur dan berpadu bersama. Bisa saja, suatu kelas terlaksana dengan baik, sedangkan kelas yang lain tidak berjalan dengan baik seperti biasanya. Sebenarnya, hal yang hilang itu adalah audiens/khalayaknya (Gleitman, 1984): siswa yang sedang diajar adalah individu yang masing-masing memiliki kebutuhan, masalah, dan keberhasilan yang berbeda.

  • Siswa manakah yang memerlukan perhatian, pada hari itu? Siapa anggota tim atletik, misalnya, yang pantas memperoleh pujian atas kinerja tim?
  • Siswa manakah yang kurang berbicara atau, bahkan, tidak berbicara sama sekali di kelas? Apakah guru ingin menyapa seorang siswa sebelum kelas secara khusus dengan, “Bagaimana semestermu?”
  • Apakah ada masalah yang harus langsung ditangani (misalnya, kinerja siswa pada saat tes/ujian, kehadiran siswa di kelas, persiapan siswa yang kurang matang menjelang kelas, atau siswa sangat jarang bertanya)?
  • Pernahkah siswa masuk ke ruang guru untuk membahas kinerja akademik mereka? Apakah ada siswa yang memerlukan masukan atau dukungan saat guru mengembalikan jawaban ujian atau makalah mereka? Apakah mereka memerlukan pujian?
  • Pernahkah guru didekati oleh siswa untuk curhat (mencurahkan isi hati) tentang masalah pribadi—tentang penyakit yang dialami mereka atau anggota keluarganya, teman yang berusaha bunuh diri, masalah keluarga, dan sebagainya? Apakah guru merasa perlu untuk memeriksa bagaimana kinerja siswa? Pernahkah guru melihat apakah siswa perlu berbicara lebih banyak dengannya?
  • Pernahkah guru masuk ke kelas lebih awal dan duduk di baris terakhir untuk berbicara dengan siswa yang selalu berada paling jauh di belakang jika sesi kelas sedang berlangsung? Memasuki dunia siswa secara fisik selalu menarik dan siswa akan merasa puas karena merasa diperhatikan.
  • Apakah kelas langsung diawali dengan materi pelajaran atau dengan membicarakan hal-hal lain? Apakah perlu ditanyakan kepada siswa secara keseluruhan bagaimana pendapat mereka tentang pelajaran yang diberikan? Bagaimanakah cara guru membangun keinginan mencapai tujuan bersama dan “kebersamaan” dalam kelas (misalnya, rasa kebersatuan sebagai sebuah kelompok atau komunitas)?

Kesimpulan

Persiapan untuk menghadapi sesi kelas merupakan kebiasaan yang wajib dipelihara. Semoga proses persiapan yang diuraikan ini bermanfaat bagi para guru sebagaimana telah kami merasakan manfaatnya.

Sumber: https://www.psychologicalscience.org/observer/preparing-for-a-class-session

Alih bahasa: Aulia Nurdini
Editor: Dr. Felicia Nuradi Utorodewo, S.S.

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *