Sebagian besar orang percaya bahwa penguasaan bahasa asing merupakan bekal penting untuk meningkatkan daya saing di era globalisasi. Efeknya, semua lapisan masyarakat berlomba-lomba mempelajari dan mempraktikkan bahasa asing dalam komunikasi sehari-sehari, termasuk di ruang publik. Ujungnya, bahasa Indonesia pun semakin tersisih. Tengok saja papan iklan, kiriman dan utas di media sosial, lirik lagu, brosur, dan sejumlah media komunikasi lainnya yang seolah-olah sulit lepas dari penggunaan bahasa asing.
Pergeseran ini tentu memengaruhi tata bahasa anak yang cenderung cepat menangkap hal baru dari lingkungan sekitar1. Apabila dibiarkan, mengutip Dr. Dadang Sunendar selaku Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, eksistensi bahasa Indonesia di negeri sendiri akan terancam2. Untuk itu, timbul kesadaran untuk menanamkan kecintaan terhadap bahasa Indonesia pada generasi penerus bangsa.
Orang tua sebagai lingkungan terdekat anak memiliki peran besar dalam mengenalkan dan membudayakan berbahasa Indonesia. Menurut Seri Manual GLS Menumbuhkan Budaya Literasi di Rumah (2019), orang tua dapat menerapkan kegiatan bercakap-cakap, bermain peran, bernyanyi, dan membacakan buku bergambar saat anak memasuki tahap pramembaca (2—3 tahun). Kemudian, pada tahap membaca dini (3—6 tahun), anak sudah bisa diajarkan menggambar, mempelajari huruf, bahkan mengenal angka dan kosakata.
Memasuki tahap membaca awal (7—9 tahun), mulailah arahkan anak untuk menulis serta menyampaikan isi cerita. Setelah itu, di tahap membaca lancar (9—12 tahun), anak bisa mulai dikenalkan dengan buku cerita bergambar yang berisikan beberapa bab. Di tahap ini, anak sudah cakap membaca, menulis, menyimak, bahkan berbicara3.
Sekolah juga memiliki peran penting dalam menanamkan bahasa Indonesia, terutama di tingkatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), dan Sekolah Dasar (SD)4. Saat memasuki tahap pramembaca, pramenulis, dan pramenghitung, guru PAUD dan TK dapat mengajarkan bahasa Indonesia melalui cara-cara yang menyenangkan, di antaranya melalui aktivitas luar ruang, lagu anak-anak, dan dongeng.
Begitu juga di Sekolah Dasar (SD), kecintaan anak terhadap bahasa Indonesia dapat dipupuk melalui kebiasaan membaca buku. Seperti disebutkan dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, guru dapat mengarahkan siswa untuk membaca buku nonpelajaran selama 15 menit dalam sehari melalui tiga tahapan. Tahap pertama, guru meneladani budaya membaca kepada para siswa. Kedua, saat siswa mulai hobi membaca, guru dapat menganjurkan siswa untuk menulis ringkasan buku yang mereka baca. Terakhir, pada tahap ketiga, guru dapat membimbing siswa untuk mengulas isi buku dan mendiskusikannya. Agar tidak bosan membosankan, guru bisa mengajak siswa membaca di perpustakaan dan taman sekolah5.
Dalam rangka mendukung peran orang tua dan lembaga pendidikan dalam memajukan penggunaan bahasa Indonesia dan mengembangkan minat baca, Grup Mentari pun meluncurkan program “Menjadi Indonesia”. Diterbitkan oleh ASTA Ilmu Publishing, anggota Grup Mentari, Menjadi Indonesia adalah seri pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar yang disajikan melalui cerita petualangan kakak beradik, Doni dan Nesia mengelilingi Indonesia. Buku Menjadi Indonesia disusun sedemikian rupa agar selaras dengan kurikulum nasional 2013. Buku pelajaran Bahasa Indonesia ini juga dilengkapi dengan Buku Panduan Guru untuk memudahkan para guru mempersiapkan materi ajar.
Tidak hanya itu, ASTA Ilmu menghadirkan Seri Literasi Menjadi Indonesia, yang merupakan kumpulan buku cerita anak untuk mengembangkan minat baca anak dan daya imajinasi anak, meningkatkan kemampuan berbahasa, membentuk rasa empati, mengasah keterampilan emosional dan sosial anak, serta menambah wawasan dan pengetahuan anak.
Topik-topik yang disajikan di dalam seri literasi ini sederhana dan dekat dengan kehidupan anak, antara lain seputar liburan keluarga, pahlawan, sejarah, budaya, dan kekayaan flora fauna Indonesia. Tentunya, cerita dituangkan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar serta dilengkapi dengan ilustrasi menarik. Deretan judul Seri Cerita Indonesiaku di antaranya “Kancil Tidak Mencuri Mentimun”, “Aku Anak Mandiri”, “Candi Roro Jonggrang”, “Piknik Akhir Tahun”, dan “Pahlawan Masa Kini”.
Lewat seri buku Menjadi Indonesia tersebut, baik buku pelajaran maupun buku ceritanya, Grup Mentari berupaya membangun minat baca dan menanamkan kecintaan anak terhadap bahasa Indonesia. Berisikan cerita yang sarat ajaran moral dan kebaikan, Grup Mentari juga berharap seri buku ini mampu membentuk karakter generasi penerus bangsa yang santun dan bertanggung jawab.
Segera koleksi 48 judul Seri Literasi Menjadi Indonesia! Dapatkan bukunya di portal belanja daring resmi Mentari Group dengan klik tautan : www.mentaripedia.com.
Sumber:
1Kompas: “Anak Mencontoh Sikap Positif Orangtua”. Dipublikasikan pada 13 Juli 2013.
2Tirto: “Eksistensi Bahasa Indonesia di Ruang Publik Terancam Punah”. Dipublikasikan pada 5 Oktober 2015.
3Setiawan, Roosie. 2019. Seri Manual GLS Menumbuhkan Budaya Literasi di Rumah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
4CNN: “Psikolog Anak: PAUD-TK Sebaiknya Ajarkan Pra-Calistung”. Dipublikasikan pada 12 Maret 2019.
5Antoro, Billy. 2017. Gerakan Literasi Sekolah, Dari Pucuk Hingga Akar: Sebuah Refleksi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.