Kembali Ke Sekolah, Keren

Share

Sekarang sudah waktunya untuk kembali ke sekolah! Ada anak yang merasa gugup atau sedikit takut pada hari pertama sekolah. Semua hal baru: guru baru, teman baru, dan mungkin juga sekolah baru. Anak menghadapi ribuan kecemasan ada di hadapannya. Terutama ketika anak-anak merasa tidak ingin ke sekolah.

Penolakan ke sekolah diketahui lebih sering terjadi setelah masa liburan, akhir pekan, atau pada awal dan akhir tahun ajaran sekolah. Termasuk dalam peristiwa yang memicu penolakan ke sekolah adalah kematian orang yang dicintai, penyakit yang berkepanjangan, pindah atau ganti sekolah, masuk taman kanak-kanak, dan transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah. Masalahnya menjadi lebih parah pada remaja dibandingkan pada anak yang lebih kecil.

Tingkat yang tinggi dari gangguan kecemasan biasanya dikaitkan dengan murid yang menolak bersekolah karena alasan emosional. Gangguan kecemasan karena perpisahan adalah salah satu gangguan kecemasan yang paling umum terjadi pada anak-anak kecil. Siswa yang memiliki gangguan kecemasan perpisahan akan disibukkan oleh pikiran sendiri tentang bahaya yang menimpa orang yang dicintai dan sangat bergantung kepada orang tua dan pengasuh lainnya.

Bagaimana cara menghadapi anak-anak yang mengalami kesulitan untuk bersekolah secara mandiri? Orang tua harus dapat bernegosiasi dengan anak-anak. Jelaskan kepada mereka, mengapa mereka harus pergi ke sekolah. Melalui proses negosiasi ini, anak-anak akan melunak untuk, kemudian, mau pergi ke sekolah. Kadang-kadang, orang tua dapat memberikan hadiah yang sederhana dan tidak perlu hadiah yang mewah. Jangan juga terlalu sering memberikan hadiah. Jangan lupa untuk mendorong dan memotivasi anak-anak bahwa sekolah akan penuh dengan hal-hal yang menyenangkan bagi mereka. Berkoordinasilah dengan anak-anak untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bangun di pagi hari, mandi, dan bersiap-siap ke sekolah. Dengan cara itu, anak-anak akan belajar untuk mandiri.

Salah satu tujuan orang tua yang utama adalah membesarkan anak-anak menjadi orang yang mandiri dan percaya diri. Tentu saja, dalam perkembangan awal, anak-anak akan bergantung kepada orang tuanya. Sebagai bayi, mereka bergantung kepada orang tua untuk makanan, kebersihan, dan mobilitas. Ketika tumbuh dan berkembang, mereka menjadi lebih percaya diri dalam kehidupan berkaitan dengan kebutuhan dasar ini. Akan tetapi, mereka masih bergantung kepada orang tua berkait dengan cinta, perlindungan, bimbingan, dan dukungan. Ketika tumbuh menjadi remaja dan menuju dewasa, ketergantungan kepada orang tua anak-anak berkurang. Kemandirian anak-anak mulai berkembang dalam semua aspek kehidupan mereka. Proses perpisahan ini mempersiapkan anak-anak untuk memenuhi tuntutan kedewasaan. Namun, perkembangan menuju kedewasaan ini tanpa sengaja dihindari dan sering dihambat oleh orang tua yang bermaksud baik, tetapi sering salah kaprah.

Kemandirian bukanlah sesuatu yang diperoleh anak-anak dengan sendirinya. Mereka tidak memiliki perspektif, pengalaman, atau keterampilan untuk mengembangkan kemandirian tanpa bimbingan orang tua. Sebaliknya, kemandirian merupakan hadiah yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya yang akan dihargai dan ditarik manfaatnya selama hidup mereka. Orang tua mempersiapkan anak dengan hal-hal yang penting untuk memperoleh kemandirian: berikan rasa cinta dan hormat kepada anak; tunjukkan kepercayaan atas kemampuan anak; ajari anak untuk mengendalikan hidup mereka; dan berikan panduan dan, kemudian, kebebasan bagi mereka untuk membuat keputusan sendiri.

Jika anak-anak sudah mandiri, orang tua harus memberi mereka keyakinan bahwa mereka kompeten dan mampu menjaga diri mereka sendiri. Orang tua dapat menawarkan kepada mereka panduan untuk melakukan kegiatan yang bermakna dan memuaskan hati. Orang tua juga dapat membebaskan anak-anak dalam menjalani kehidupan mereka sepenuhnya dan mengalami berbagai pelajaran kehidupan yang penting. Anak yang mandiri akan terlihat melalui ciri-ciri berikut: mereka termotivasi secara intrinsik (tidak langsung) karena diizinkan untuk menemukan alasan mereka sendiri dalam meraih pencapaiannya sendiri; diberi kesempatan dan bimbingan untuk mengeksplorasi berbagai kegiatan pencapaian yang mereka pilih sendiri; mereka memiliki orang tua yang menggunakan hadiah yang jelas maksudnya (ekstrinsik) dengan tepat sasaran dan secara berkala; mereka memiliki hubungan kolaboratif dengan orang tua dan bukan hubungan yang terkontrol yang selalu mengumpulkan dan mempertimbangkan semua gagasan dan keinginan anak-anak; dan mereka adalah pengambil keputusan yang baik karena mereka diizinkan untuk mempertimbangkan berbagai pilihan dan, dengan dukungan dan bimbingan orang tua, membuat keputusan sendiri.

“Hadiah terbesar yang dapat diberikan kepada anak Anda adalah akar dari tanggung jawab dan sayap dari kemandirian.” – Denis Waitley

Sumber: www.nasponline.org/hchs3; http://www.drjimtaylor.com/; intisari-online.com

Alih bahasa: Aulia Nurdini
Editor: Dr. Felicia Nuradi Utorodewo, S.S.

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *