Kegiatan Berbahasa: Fiksi dan Nonfiksi

Share

Oleh: Dr. Felicia N. Utorodewo
(Praktisi pendidikan dan pelatih bahasa Indonesia)

Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, bahasa yang digunakan dikelompokkan dalam empat jenis kegiatan berbahasa, yakni (1) narasi atau kisahan; (2) deskripsi atau perian; (3) eksposisi atau paparan; dan (4) argumentasi atau bahasan. Pada saat kita meminta anak menceritakan kegiatannya di sekolah, misalnya, kita sedang memintanya untuk berkisah tentang kegiatannya. Anak akan bernarasi secara nonfiksi sesuai dengan apa yang dialaminya bersama teman, guru, petugas, pedagang di lingkungan sekolahnya yang ditemuinya hari itu. Berikut akan diuraikan kegiatan berbahasa ini satu per satu.

Narasi adalah kegiatan berbahasa yang bercerita atau berkisah. Kita dapat bercerita berdasarkan hasil pengalaman pribadi, pengamatan, dan penghimpunan informasi. Cerita seperti ini disebut cerita nonfiksi. Dalam cerita nonfiksi tokoh, latar, dan peristiwanya benar-benar ada. Termasuk dalam cerita nonfiksi adalah biografi, kisah perjalanan atau petualangan. Selain itu, kita juga dapat bercerita berdasarkan hasil perekaan atau khayalan. Suatu cerita disebut fiksi apabila tokoh, latar, dan kejadiannya tidak ada atau tidak benar-benar terjadi. Semuanya direka saja. Termasuk dalam cerita fiksi adalah dongeng, fabel, cerita rakyat, mitos.

Ilustrasi cara berkomunikasi (freepik.com / katemangostar)

Deskripsi adalah kegiatan berbahasa yang memerikan atau menggambarkan bentuk objek yang diamati, baik dari sisi bentuknya, sifatnya, rasanya, atau coraknya dengan mengandalkan pancaindera. Jadi, alat utama dalam melakukan deskripsi adalah pancaindera: mata, telinga, hidung, lidah, jari. Barulah, kemudian, ditunjang oleh informasi lainnya. Tentunya, deskripsi adalah jenis tulisan yang bersifat nonfiksi. Akan tetapi, jika kita mengkhayalkan suatu tempat atau keadaan dalam sebuah cerita fiksi, kita menciptakan sesuatu deskripsi berjenis fiksi.

Eksposisi adalah kegiatan berbahasa yang memberikan paparan atau informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman tentang suatu hal. Sering kali, jenis berbahasa ini disebut eksplanasi atau menjelaskan. Untuk menyusun eksposisi, kita harus mengumpulkan informasi, baik dengan membaca buku rujukan maupun melalui wawancara dengan narasumber. Selain itu, eksposisi dapat disusun berdasarkan hasil penelitian atau percobaan di laboratorium. Oleh karenanya, eksposisi selalu merupakan kegiatan berbahasa yang nonfiksi atau benar-benar terjadi.

Argumentasi adalah kegiatan berbahasa berupa bahasan untuk meyakinkan orang lain, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk pihak lain agar pendapat pribadi diterima. Tentunya, untuk meyakinkan orang lain, kita harus menyusun pembuktian yang kuat dan logis (masuk akal) agar orang lain yakin terhadap pendapat kita. Pembuktian itu dapat disusun berdasarkan rujukan, wawancara, penelitian, atau percobaan, sebagaimana kita menyusun eksposisi atau eksplanasi. Perbedaannya adalah dalam menyusun eksposisi, kita menjelaskan secara prosedural suatu hal. Misalnya, resep makanan, manual penggunaan kipas angin, aturan pemakaian obat, dan sebagainya. Sementara, dalam menyusun argumentasi, kita menggunakan eksposisi untuk meyakinkan orang lain atas pendapat kita. 

Dalam kenyataannya, keempat kegiatan berbahasa tidak kita gunakan secara terpisah atau berdiri sendiri. Dalam bernarasi, kita akan menyelipkan deskripsi dan eksposisi. Dalam berargumentasi, pembuktian disusun dengan cara menceritakan hasil lapangan, menggambarkan suasana lapangan atau hasil sebuah percobaan, dan menerangkan bagaimana sesuatu terjadi. Tentu, kita juga sering menonton film atau membaca buku perpaduan fiksi dan nonfiksi, seperti fiksi sains atau fiksi sejarah.

Daftar Pustaka
Cowley, Sue. 2012. The Road to Writing. London: Continuum International Publishing Group.
Hefni, Zizi. 2012. Panduan Mudah Mengarang untuk SD. Jogjakarta: Diya Press.
Marahimin, Ismail. 2008. Menulis Secara Populer. JakartaPustaka Jaya.
Wishon, George E. Dan Burks, Julia M. 1968. Let’s Write English. New York: American Book Company.
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).

Rubrik ini dipersembahkan oleh:

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *