Pernahkah Anda mendengar ucapan “Anak sekarang kebanyakan halu!” di lingkungan masyarakat dan sekolah? Jika pernah, jangan khawatir karena ‘halu’ atau halusinasi adalah salah satu kekuatan imajinasi yang baik jika digunakan secara tepat terutama dalam keterampilan menulis fiksi. Kemampuan menulis sangat penting karena merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki sejak anak memasuki sekolah dasar.
Tidak dipungkiri, menulis fiksi merupakan suatu kemampuan yang menjanjikan di dunia pekerjaan abad ke-21. Dengan perkembangan media sosial yang makin beragam, peluang pekerjaan yang terkait dengan penulisan menjadi makin luas pula, misalnya profesi content creator, copywriter, scriptwriter, storyteller,dan sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut membutukan kemampuan menulis kreatif. Untuk itulah kemampuan menulis adalah keterampilan yang sangat mahal harganya di tengah dunia digitalisasi ini.
Syarat penulisan kreatif yang memiliki makna atau dampak tentu berasal dari pemikiran yang kreatif pula. Pemikiran kreatif pada anak atau remaja bisa diasah melalui beragam cara. Mulai dari mood yang baik, keterampilan menulis secara alami (bakat), keterampilan berbahasa, dan yang tidak kalah penting adalah kebiasaan ‘halu’ (berhalusinasi) atau berimajinasi.
Jika kita adalah guru dan kita menganggap bahwa seluruh siswa adalah sebagai penulis pemula, maka cara yang tepat untuk mengajarkan penulisan fiksi yang tepat adalah dengan menggunakan metode ‘Pahlawan Super’. Metode ini mengutamakan kemampuan siswa untuk berhalusinasi. ‘Pahlawan Super’ bukan sekadar ungkapan seorang tokoh atau figur yang dikagumi oleh siswa, melainkan sebuah akronim untuk proses penulisan karya fiksi yang terdiri dari langkah-langkah berikut.
- Pahami Tokoh
- Lakukan Halusinasi
- Waktunya Narasi
- Susun Dialog dan Struktur Cerita
- Perbaiki Kekeliruan
Berikut penjelasan dari tiap tahapan dalam membuat karya fiksi dengan metode ‘Pahlawan Super’.
- Pahami Tokoh
Berikan siswa beberapa gambar tokoh yang kira-kira mereka sukai, seperti gambar kartun, pahlawan, artis, superhero, atau tokoh lainnya. Dari tokoh-tokoh yang diberikan, ajaklah siswa untuk menganalisis kelemahan dan kekuatan tokoh yang mereka pilih. Mintalah siswa untuk menceritakan alasan mereka memilih tokoh tersebut, kemudian biarkan mereka mengembangkan pikirannya terhadap tokoh yang dipilih.
Tahapan selanjutnya adalah ajak siswa untuk menggambar tokoh atau karakter baru sesuai dengan keinginannya. Dengan menganalisis tokoh dan menggambarkan tokoh sendiri, siswa telah berhasil mengembangkan pemikiran kreatif mereka melalui gambar.
2. Lakukan Halusinasi
Dari gambar yang telah dibuat tiap siswa, mintalah mereka untuk menceritakan pahlawan super versi mereka kepada teman-temannya dan guru. Dengan melakukan presentasi di depan kelas, maka saat itu juga para siswa sudah membangun halusinasi, di mana mereka akan mengarang cerita sebaik mungkin untuk membuat pahlawannya berkesan bagi pendengarnya.
Tip selanjutnya adalah mengajak siswa untuk memajang gambar mereka di kelas. Kelas akan terlihat seperti pameran dan akan terasa menyenangkan bagi siswa. Guru dapat menggunakan metode gallery walk di mana siswa dapat melihat karya temannya. Dengan demikian, siswa akan membangun lebih banyak imajinasi karena mereka akan terinspirasi kelemahan dan kekuatan baru dari tiap tokoh yang telah teman mereka gambarkan.
Saat gallery walk, guru dapat meminta siswa bergantian bercerita dan siswa lainnya menyimak dan merespon. Dengan begitu, kekuatan karakter yang telah digambar siswa dapat diperkuat dengan masukan dari pendengar. Dari keingintahuan setiap siswa inilah guru dapat menggali imajinasi siswa lalu memberikan umpan balik yang membangun sehingga tercipta sikap dan pemikiran siswa yang makin kreatif.
3. Waktunya Narasi
Guru dapat membacakan nyaring dua jenis narasi singkat yang menarik kepada siswa. Pada tahap ini, sebenarnya guru sedang mengenalkan siswa terhadap jenis paragraf narasi, bagaimana mengembangkan narasi, dan contoh narasi kreatif yang bisa ditulis siswa.
Terdapat dua jenis narasi fiksi:
- Paragraf Narasi,
Paragraf narasi memiliki ciri-ciri:
- Terdapat tokoh cerita
- Terdapat unsur tindakan atau perbuatan
- Terdapat setting waktu dan tempat
- Terdapat urutan waktu/kronologi cerita
2. Paragraf Deskripsi:
Untuk menggambarkan situasi dengan lebih nyata, siswa harus mampu mendeskripsikan situasi secara objektif dan terperinci. Hal inilah yang dapat membuat pembaca dapat menangis saat membaca novel. Pada paragraf deskripsi ini, siswa perlu memunculkan kesan indra di mana pembaca dapat merasakan apa yang ada di dalam cerita. Berikut adalah tip-tip membangun paragraf deskripsi.
- Menggambarkan atau melukiskan sesuatu
- Adanya imaji
- Pembaca atau pendengar seolah merasakan apa yang diceritakan
- Banyak kata sifat dalam cerita
Setelah mengetahui jenis paragraf, selanjutnya siswa perlu membuat konflik batin. Konflik batin berhubungan erat dengan kejiwaan seseorang. Konflik ini terjadi dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita dan bersifat tidak menyenangkan. Kira-kira apakah ada masalah yang sedang terjadi pada gambaran yang telah dibuat oleh siswa? Jika belum menemukan konflik dalam cerita, maka ajak mereka untuk menciptakan masalah dari tokoh yang tersebut. Cara sederhana untuk memantik siswa menciptakan konflik pada cerita adalah melalui tahapan berikut.
- Melakukan pemodelan tulisan yang relevan dengan level siswa terlebih dahulu, sehingga mereka bisa berimajinasi sesuai dengan contoh cerita yang diperdengarkan.
- Memberikan waktu atau jeda siswa untuk merasakan emosi yang ada sebelum mereka masuk ke dalam penulisan.
- Tuntun dan pacu siswa menajamkan panca indra misalnya dengan mengajak mereka keluar kelas sehingga mendapat suasana baru untuk berimajinasi.
- Kemudian guru dapat menampilkan sebuah tulisan yang menjadi contoh dan membahas bersama siswa.
4. Susun Dialog dan Struktur Cerita
Bagaimana membuat cerita lebih hidup? Dialog adalah jawabannya. Perhatikan hal-hal berikut untuk membuat dialog pada narasi.
- Munculkan karakter dari tiap tokoh/karakter yang telah digambar dan diceritakan.
- Munculkan perbedaan budaya/latar belakang dari beberapa tokoh, misalnya penggunaan dialek daerah sehingga terdapat perbedaan budaya pada konten cerita. Pembaca menjadi memahami adanya perbedaan karakter dan kebiasaan dari setiap tokoh yang diceritakan.
- Bangun setting atau latar pada cerita. Misalnya, menggambarkan lokasi kejadian cerita secara detail dengan menulis kata lorong, persimpangan jalan, di sisi kanan pintu masuk rumah, dan lainnya.
- Perhatikan estetika dengan menggambarkan keindahan lokasi dan alur yang dialami oleh tokoh dalam cerita.
Setelah mengenalkan dialog, guru dapat menjelaskan bahwa cerita fiksi perlu memiliki struktur yang jelas. Struktur ini penting untuk menyusun sebuah kerangka karangan dan mempermudah siswa untuk melakukan penulisan cerita fiksi yang menarik. Struktur cerita terdiri dari:
- Orientasi cerita, berupa pengenalan cerita, tokoh, dan latar, misalnya seorang wanita paruh baya duduk.
- Pemunculan konflik, dalam tahap ini permasalahan yang melibatkan tokoh pada cerita mulai tergambarkan.
- Peningkatan konflik, pada bagian ini masalah semakin bertambah banyak dan rumit dan terjadi secara berkala.
- Klimaks, permasalahan yang ada makin memuncak.
- Koda, pada bagian ini masalah terselesaikan dan cerita berakhir dengan amanat.
5. Perbaiki Kekeliruan
Tanpa disadari ada beberapa kekeliruan yang biasa dilakukan oleh siswa, khususnya kaidah kebahasaan, seperti berikut.
- Penulisan Kata Baku. Para siswa perlu saling mengoreksi penulisan yang baku. Misalnya, penulisan yang benar adalah tolok ukur bukan tolak ukur.
- Padanan Kata. Kata atau frasa bahasa asing mempunyai kesejajaran makna dengan kata atau frasa dalam bahasa Indonesia. Misalnya, penggunaan istilah ‘selfie’ yang seharusnya adalah ‘swafoto’ atau bahasa serapan lainnya. Untuk itu perlu sekali membiasakan anak untuk menggunakan bahasa serapan yang benar saat penulisan fiksi.
- Preposisi. Preposisi di, ke, dan dari yang bertujuan untuk menunjukkan arah atau tempat perlu ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Sedangkan preposisi fungsi yang digunakan sebagai imbuhan perlu ditulis serangkai dengan kata selanjutnya.
- Kapitalisasi. Kapitalisasi adalah penulisan kata dengan huruf pertamanya berhuruf besar dan huruf yang lainnya berhuruf kecil. Kata-kata yang diawali huruf kapital adalah nama orang, nama agama, nama bangsa, suku, bahasa, aksara, dan lainnya. Ketentuan penulisan huruf kapital dapat disimak pada tautan berikut
Temukan video pembahasan mengenai ‘Strategi Menulis Cerita Fiksi’ yang dibawakan oleh Bapak Wahyudi melalui tautan berikut: