Kami sampaikan terima kasih kepada kontributor kami, Ibu Kharisma Prawesti Sri Utami, Kepala Sekolah SMP Bosowa Bina Insani, Bogor. Kami mengundang para guru untuk menampilkan ide dan gagasan Anda di Blog Mentari dengan menghubungi info@mentarigroups.com.
Menjadi guru tentu sudah siap dengan segala tantangan yang selalu berubah setiap zaman. Guru adalah adaptor terhadap segala perubahan yang terjadi di dunia, seperti perubahan politik, perekonomian, sosial, bahkan dengan serangan wabah penyakit sekalipun. Hal tersebut karena dunia pendidikan harus fleksibel dengan segala kebutuhan dan tuntutan peradaban manusia. Jika ingin mencerdaskan anak bangsa, maka kita harus menjadi guru penggerak yang siap sedia dihadapkan dengan perubahan yang sistematis maupun perubahan tiba-tiba seperti saat ini. Selain itu, sudah pasti guru harus siap dengan perubahan teknologi yang semakin berkembang dan menyebabkan perubahan pada cara komunikasi anak-anak, cara mereka mencari tahu dan mengaktualisasikan diri, serta pemenuhan kebutuhan personal mereka yang semakin mudah dengan menekan satu jemari tangan. Maka sudah selayaknya guru pun menjadi si Canggih yang tak kalah berarti dengan peran Google.
Berbagai macam aplikasi pembelajaran tiba-tiba menjamur setahun belakangan ini, layaknya COVID-19 yang masih mewabah di Indonesia. Mulai dari aplikasi berbayar per bulan, aplikasi gratis dengan berbagai pop-up advance yang muncul, hingga aplikasi yang sengaja dibuat oleh sekolah sebagai Learning Management System untuk lingkungan belajar mereka. Hal itu mau tak mau membuat para guru menjadi pemelajar seperti para pelajar yang dididik oleh mereka. Perbedaannya, guru harus menjadi arranger sistem pembelajaran yang ia pandu lewat teknologi. Nahkoda pembelajaran tetap ada di tangan guru, sedangkan teknologi hanya sebagai kapal yang membawa para peserta didik sebagai penumpang untuk menuju tujuan pembelajaran.
Kahoot, Microsoft Team, Quizziz, Google Classroom, Edmodo, Google Meet, Zoom Meeting hanya sebagian dari berbagai aplikasi dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing yang dapat digunakan secara bebas oleh guru dan peserta didik sebagai user. Segala macam teknik pembelajaran ditawarkan oleh berbagai platform tersebut, mulai dari presentasi hingga assessment pembelajaran. User hanya perlu menyisihkan anggaran pribadinya untuk membeli kuota data internet yang sebenarnya dialokasikan dari dana transportasi pembelajaran tatap muka. Sudah banyak pula bantuan kuota yang diberikan pemerintah maupun penawaran spesial yang ditawarkan berbagai provider internet khusus untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Tedapat pula aplikasi berbayar yang menyediakan fasilitas lengkap untuk memenuhi kebutuhan pemelajar dan layanan untuk membantu mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah. Tentunya dengan segala macam aplikasi yang digunakan, perlu hardware yang memadai, baik perangkat laptop, komputer, atau ponsel yang kecepatannya mumpuni untuk mengakses berbagai aplikasi tanpa harus kesal terjeda lambatnya processor.
Sayangnya, kecanggihan pembelajaran saat ini tidak sebanding dengan motivasi peserta didik maupun guru yang cenderung menurun. Terbatasnya akses internet, media pembelajaran, dan keterbatasan pengawasan membuat proses pembelajaran menjadi terkesan satu arah dan tidak ada diskusi pembelajaran per kelompok. Padahal, diskusi merupakan salah satu strategi pembelajaran yang efektif. Guru menjadi ekstra keras dalam meningkatkan keaktifan peserta didik di tengah kebebasan mereka untuk menekan tombol on/off dalam platform ketika mengikuti pembelajaran. Maka, berbagai macam aturan kelas pun dibuat untuk mengantisipasi berbagai macam permasalahan belajar jarak jauh. Peran orang tua pun mau tak mau dilibatkan baik secara aktif maupun pasif untuk mengontrol kegiatan putra-putrinya di rumah.
Tahun ini adalah tahun penuh perjuangan untuk semua masyarakat di dunia. Dalam berbagai bidang kehidupan di dalamnya, kesehatan yang menjadi garda terdepan dalam memerangi COVID-19. Begitu pula guru yang menjadi garda terdepan dalam menuntaskan misinya untuk mencerdaskan anak bangsa. Semuanya memiliki perjuangannya masing-masing dalam mengemban tugas mulia. Tentunya, hal yang tidak luput bagi kita sebagai pendidik adalah mengingatkan para peserta didik untuk selalu menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan. Saat ini, kesehatan adalah modal utama dalam melalui era baru, transisi peradaban di tengah pandemi. Semangat untuk para guru kekinian di seluruh Indonesia!
Gambar diambil dari Freepik.