Cinta Belajar

Share

Untuk memperingati Hari Buku Nasional, digelarlah acara bertema Gemar Membaca pada 17 Mei 2017. Presiden Joko Widodo mengundang 503 anak. Beliau mengisahkan cerita rakyat berjudul “Lutung Kasarung”. Acara ini dilaksanakan di halaman Istana Kepresidenan Jakarta. Lewat ceritanya, beliau ingin menunjukkan kekayaan cerita-cerita di Indonesia. Setiap daerah memiliki dongengnya masing-masing.

Kepala negara juga berpesan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, untuk terus meningkatkan minat anak-anak Indonesia akan cerita rakyat Indonesia. Dengan cara bercerita ini, Presiden berharap nilai-nilai kehidupan dapat ditanamkan kepada anak-anak Indonesia, khususnya di era globalisasi ini. ”Nilai-nilai moral, etika, kesopanan, kejujuran, dan keberanian dapat tumbuh dalam diri anak-anak kita karena cerita-cerita bagus yang kita ceritakan,” kata Presiden.

Pada acara itu, pemerintah juga menetapkan tanggal 17 pada tiap bulan sebagai tanggal untuk mengirimkan buku gratis ke seluruh Indonesia. Mengingat bahwa biaya pengiriman dapat lebih mahal dari harga buku yang dikirim, Presiden menyampaikan bahwa pengiriman buku secara gratis dapat dilakukan melalui kantor pos. Melalui kebijakan tersebut, pemerintah berharap untuk dapat membantu peningkatan minat baca anak-anak.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan minat baca anak-anak semakin diperlukan karena minat baca menjadi masalah besar di Indonesia. Statistik UNESCO menunjukkan indeks minat baca masyarakat di Indonesia hanya 0,001. Indeks itu menunjukkan bahwa dari 1000 orang Indonesia hanya satu orang yang memiliki minat baca.

Otak berkembang lebih cepat antara usia nol dan tiga tahun dibandingkan dengan usia lainnya. Karena itu, penumbuhan budaya literasi pada tahap awal kehidupan itu sangat penting. Jika anak-anak tidak distimulasi, tidak dibacakan, tidak terlibat, atau tidak diberikan pertanyaan, otak mereka benar-benar berhenti tumbuh. Orang tua dapat menciptakan kesempatan bagi anak untuk memperoleh hal-hal tersebut. Caranya adalah dengan mendorong anak untuk membaca secara teratur, meminta anak menyanyikan lagu bersama, dan melibatkan anak dalam percakapan. Semua cara tersebut dapat membantu untuk mempersiapkan anak-anak menjadi anak yang sangat sukses di sekolah mereka. 

Bagaimana Budaya Literasi Berkembang dan Memprediksi Keberhasilan Akademik Selanjutnya

Pada tahun 2008, ada laporan dari National Institute of Literacy, Developing Early Literacy: Report of National Early Literacy Panel. Dalam laporan itu disebutkan bahwa keterampilan membaca dan menulis yang mendasar, telah berkembang sejak lahir hingga usia lima tahun. Keterampilan membaca dan menulis itu memiliki hubungan yang jelas dan selalu kuat dengan keterampilan literasi konvensional di kemudian hari. Ada enam variabel penentu korelasi keterampilan berbahasa dengan budaya literasi. “Keenam variabel itu tidak hanya berkorelasi dengan budaya literasi di masa depan, tetapi terus berkolerasi dengan membina kemampuan menerka keseluruhan kalimat atau cerita. Korelasi ini tetap terbina bahkan ketika diperhitungkan peran variabel lain, seperti IQ atau status sosial ekonomi (Socioeconomic Status/SES). Keenam variabel tersebut adalah:

  1. Pengetahuan alfabet: pengetahuan tentang nama dan bunyi huruf yang terkait dengan tulisan yang dicetak
  2. Kesadaran fonologis: kemampuan untuk mendeteksi, memanipulasi, atau menganalisis aspek menyimak dari bahasa lisan, terlepas dari makna
  3. Penamaan huruf atau angka secara otomatis dan cepat: kemampuan untuk cepat menyebutkan huruf dan angka yang diurut secara acak
  4. Menulis atau menulis nama: kemampuan untuk menulis huruf secara terpisah berdasarkan permintaan atau untuk menulis nama sendiri
  5. Memori fonologis: kemampuan untuk mengingat informasi yang diucapkan untuk jangka waktu yang singkat

Ada lima tambahan keterampilan budaya literasi awal yang juga berkorelasi dengan setidaknya satu ukuran pencapaian literasi di kemudian hari, termasuk di dalamnya berikut ini.

  1. Konsep tentang cetak-mencetak: pengetahuan tentang konvensi cetak-mencetak [misalnya, menulis dari kiri ke kanan, depan ke belakang] dan konsep anatomi buku [sampul buku, penulis, teks]
  2. Pengetahuan cetak-mencetak: kombinasi dari elemen-elemen pengetahuan alfabet, konsep tentang cetak-mencetak, dan decoding awal
  3. Kesiapan membaca: biasanya kombinasi antara pengetahuan alfabet, konsep tentang cetak-mencetak, kosakata, ingatan, dan kesadaran fonologis
  4. Bahasa lisan: kemampuan untuk menghasilkan atau memahami bahasa lisan, termasuk kosakata dan tata bahasa
  5. Pemrosesan visual: kemampuan untuk mencocokkan atau membedakan simbol yang disajikan secara visual

Kesebelas variabel ini secara konsisten memprediksi pencapaian literasi di kemudian hari untuk anak-anak prasekolah dan taman kanak-kanak. Pencapaian itu sesuai dengan keyakinan banyak orang tua bahwa memperkenalkan buku kepada anak sejak dini berpengaruh positif bagi anak dalam jangka panjang. Buku akan meningkatkan kemampuan bahasa anak dan membuat mereka lebih bersemangat untuk belajar membaca. Berdasarkan alasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa membina budaya literasi pada tahap awal kehidupan sangatlah penting.

Sumber: Majalah Parenting (edisi Desember 2016); teacher.scholastic.com/products/face/pdf/research-compendium/early-literacy.pdf; http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&lang=en&id=13856

Alih bahasa: Aurelia Leona
Editor: Dr. Felicia Nuradi Utorodewo, S.S.

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *