Bebas dari Ancaman dan Ketakutan

Share

Anak-anak sebagai generasi berikutnya tidak dapat tumbuh sendiri. Seto Mulyadi, seorang psikolog anak terkemuka mengatakan, “Agar tumbuh optimal, anak-anak harus berada di lingkungan yang juga optimal”. Namun, orang tua sering kali melupakan hal ini. Kekerasan sering terjadi pada bayi mereka, terlepas dari, apakah itu dilakukan dengan sengaja atau tidak.

Berbagai tantangan dihadapi oleh anak-anak saat ini. Salah satunya adalah perundungan (bullying). Perundungan dapat terjadi pada masa kanak-kanak, tetapi hal ini jarang disadari oleh orang tua. Oleh karena itu, kenali perundungan pada usia dini untuk menyelamatkan masa depan si kecil.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh King’s College London, Inggris, anak, sebagai individu yang sering menjadi korban perundungan, memiliki risiko depresi, gangguan kecemasan, dan kualitas hidup yang buruk. Kesehatan mental dan fungsi kognitif anak korban perundungan akan lebih buruk daripada anak yang tidak menjadi korban. Banyak korban perundungan tidak mengakui kondisi mereka karena mereka merasa malu dan takut akan reaksi orang tua.

Berikut ini adalah beberapa jenis intimidasi yang layak diketahui orang tua:

Lisan: mengutuk, mengejek, nama panggilan yang menghina (seperti si pincang, si bego), gosip, dan rasisme.

Psikologis: diskriminasi, intimidasi, penghinaan, dan pengucilan oleh teman-teman lain.

Perundungan siber (cyber bullying): mengejek atau mengirim pesan kasar melalui e-mail dan media sosial, mengunggah teks, gambar, dan video yang menghina orang lain. Perilaku ini merupakan tindakan ‘penindasan’ melalui dunia maya. Sebelum anak-anak mengalami dampak negatif, ada baiknya mempersiapkan anak-anak dengan diskusi tentang perundungan siber, bentuk dan dampaknya, dan bagaimana cara menanganinya. Cukup tambahkan teman yang kita kenal; menyembunyikan kata sandi; dan mempertimbangkan informasi pribadi yang ingin dipublikasikan secara daring.

Mari bantu anak mengatasi perundungan, jangan biarkan anak menjadi korban!

Besarkan seorang anak di lingkungan yang penuh cinta dengan menunjukkan cara berbicara dan perilaku yang baik ketika orang tua berinteraksi dengan pasangan, orang tuanya, asisten rumah tangga, dan tetangga. Anak akan meniru orang tua dan menerapkannya dalam kehidupan sosialnya.

Peliharalah kedekatan emosional dengan anak dengan cara mendengarkan keluhannya dan menghargai pendapatnya. Kedekatan ini akan mendorong anak-anak untuk berani mengungkapkan apa yang dirasakannya kepada orang tuanya. Dengan demikian, jika anak  menjadi korban perundungan atau, sebaliknya, jika dia melakukan perundungan, orang tua dapat segera mengetahui dan memberikan respons dengan cepat. Keterbukaan akan membuat anak merasa lebih aman dan tidak merasa sendirian. Jika anak mampu mendiskusikan masalahnya secara terbuka dengan orang tuanya, dia akan mampu lebih cepat menemukan solusi yang terbaik.

Tingkatkan kepercayaan diri anak dengan memberinya kesempatan untuk membuat keputusan; misalnya, kesempatan untuk memilih makanan atau pakaian mereka sendiri, dan memperkenalkannya ke berbagai lingkungan. Perundung selalu mencari korban yang terlihat lemah, pemalu, dan tidak punya teman.

Indonesia melindungi anak-anak dengan menerbitkan Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23/2002. Undang-undang ini menyatakan bahwa pemerintah mengawasi semua kegiatan untuk memastikan dan melindungi anak-anak dan hak-hak mereka sehingga membuat anak tetap hidup, tumbuh, berkembang, dan mampu berpartisipasi secara optimal sesuai dengan martabat manusia, serta bahwa anak mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Sumber: www.motherandbaby.co.id; www.ayahbunda.co.id; dan http://www.parenting.co.id/

Alih bahasa: Aulia Nurdini
Editor: Dr. Felicia Nuradi Utorodewo, S.S.

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *