Ditulis oleh:
Linda Setiawan
(Koordinator Tim Matematika, Mentari Teachers Academy)
- Pengertian numerasi dan keterkaitannya dengan AKM
Akhir-akhir ini, akronim AKM sangat akrab di kalangan pendidik di Indonesia. AKM merupakan kependekan dari Asesmen Kompetensi Minimum, bagian dari Asesmen Nasional yang akan menjadi alat ukur perkembangan kompetensi siswa. AKM terdiri dari dua komponen penilaian, yakni literasi dan numerasi. Berangkat dari isu penting ini, setidaknya ada tiga pertanyaan menarik dan relevan yang dapat ditelusuri lebih jauh:
i. Apa yang kita pahami tentang numerasi?
ii. Apakah numerasi dan matematika itu sama?
iii. Bagaimana guru dapat memfasilitasi pengembangan numerasi, dalam rangka meningkatkan kualitas belajar-mengajar dan kualitas profil lulusan sekolah?
Pertama-tama, mari kita pahami apa itu numerasi.
Mengacu pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017), numerasi diartikan sebagai
“…keterampilan mengaplikasikan konsep dan kaidah matematika dalam situasi real sehari-hari, saat permasalahannya sering kali tidak terstruktur (unstructured), memiliki banyak cara penyelesaian, atau bahkan tidak ada penyelesaian yang tuntas, serta berhubungan dengan faktor nonmatematis.”
Berdasarkan buku saku AKM terbitan Kemendikbud tahun 2020, numerasi diartikan sebagai
“…kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia.”
Kedua definisi yang dipaparkan oleh Kemendikbud tersebut, pada dasarnya, menekankan bahwa penyelesaian masalah yang kontekstual atau berdasarkan situasi kehidupan sehari-hari yang nyata merupakan inti dari numerasi. Dengan demikian, numerasi bukan sekadar penguasaan konsep matematis. Numerasi juga bukan perihal capaian skor tertinggi dalam suatu ujian terstandar.
Lantas, apakah numerasi itu identik dengan matematika? Jelas dikatakan dalam kedua definisi di atas, bahwa matematika merupakan bagian tak terpisahkan dari numerasi. Akan tetapi, kemampuan matematis tidak menjamin kecakapan numerasi yang optimal. Dengan kata lain, seorang siswa yang pandai dan cepat dalam berhitung (terutama jika sekadar hafal prosedur), belum tentu cakap menggunakan perhitungan tersebut dalam situasi yang kontekstual. Misalnya, saat siswa berbelanja kebutuhan sehari-hari. Contoh lainnya, seorang siswa yang memahami ciri-ciri bangun datar, bisa jadi kesulitan dalam mengidentifikasi pola bangun datar pada motif kain. Kedua contoh sederhana ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwa sekalipun numerasi berhubungan erat dengan matematika, keduanya tidaklah identik.
- Pentingnya numerasi
Apa saja manfaat atau kepentingan kecakapan numerasi?
- Kecakapan numerasi melatih keterampilan berpikir dan membuat keputusan.
Oleh karena penekanan numerasi pada pemecahan masalah yang kontekstual, numerasi melatih keterampilan berpikir dan membuat keputusan. Sebagai contoh, siswa yang memahami interval kedatangan bus umum akan mampu merencanakan perjalanan mereka dengan baik, saat mereka melancong ataupun melanjutkan kuliah ke luar negeri. Contoh lain, siswa yang memahami konsep rasio akan mampu menyesuaikan resep kue untuk porsi yang berbeda dari resep aslinya.
- Kecakapan numerasi dapat diterapkan lintas mata ajar, tidak hanya dalam matematika.
Oleh karena numerasi tidak identik dengan matematika, hal ini berarti kecakapan numerasi itu aplikatif dalam berbagai mata ajar lain di sekolah. Simak tabel berikut sebagai inspirasi penerapan numerasi dalam mata ajar selain matematika:
[sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Gerakan Literasi Nasional: Materi Pendukung Literasi Numerasi. https://gln.Kemendikbud.go.id/glnsite/].
- Kecakapan numerasi sebagai bekal persiapan menghadapi tantangan kehidupan.
Salah satu aspek kognitif dalam numerasi adalah aspek evaluatif. Keterampilan ini akan menolong siswa untuk tidak mudah terbawa arus; berargumen dengan kritis dan logis; serta membuat keputusan yang bijak. Dengan mengembangkan numerasi, berarti guru turut mempersiapkan siswa menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks dan tidak terduga, termasuk kesempatan karier di masa depan yang belum dapat diprediksi sepenuhnya.
Pendeknya, numerasi menunjang siswa untuk “sukses dalam berkarier dan menjalani kehidupan di abad ke-21” (Kemendikbud, Pusat Penilaian Pendidikan dan Abduh, Moch, 2019).
- Numerasi dan HOTS
Numerasi dalam konteks AKM mencakup tiga proses berpikir, yakni pemahaman, penerapan, dan penalaran. Pemahaman dan penerapan termasuk dalam LOTS (Lower Order Thinking Skills), sementara penalaran mencakup keterampilan berpikir yang dikenal luas sebagai HOTS (Higher Order Thinking Skills). Dengan demikian, keterampilan berpikir yang dituntut dalam numerasi bukan sekedar LOTS, tetapi juga HOTS. Dalam kerangka taksonomi Bloom, keterampilan berpikir yang termasuk HOTS adalah menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Setelah memahami arti numerasi, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana guru dapat memfasilitasi pengembangan numerasi siswa? Penulis menjawab pertanyaan ini di artikel bagian II.